Iran bermaksud memperkaya uranium hingga 20 persen, dalam tanda terbaru pembicaraan Wina tentang menghidupkan kembali rencana aksi komprehensif bersama bisa terhenti.
AS masih memiliki perbedaan serius dengan Iran, yang terus bernegosiasi sejak pemilihan presiden pekan lalu yang dimenangkan oleh garis keras Ebrahim Raisi.
Sejumlah hambatan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tetap ada menjelang pembicaraan yang akan dilanjutkan minggu ini, menunjukkan kembalinya kepatuhan terhadap perjanjian itu masih jauh, kata para diplomat, pejabat dan analis Iran.
Presiden Donald Trump memberlakukan kembali sanksi, dan Teheran mulai menolak mematuhi batasan perjanjian tentang pengayaan uraniumnya.
Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump telah secara sepihak menarik diri dari perjanjian penting pada 2018 dan memberlakukan gelombang sanksi terhadap Iran yang belum dicabut.
Araghchi mengatakan bahwa hanya ada satu langkah, yaitu Washington mencabut sanksi yang dijatuhkan, diberlakukan kembali dan diberi label ulang selama bertahun-tahun.
Pemerintah Joe Biden mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya siap untuk berbicara dengan Iran tentang kedua negara yang kembali ke perjanjian yang ditinggalkan oleh mantan presiden Donald Trump.
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya siap untuk berbicara dengan Iran tentang kedua negara yang kembali ke perjanjian itu, yang bertujuan untuk mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir sambil mencabut sebagian besar sanksi internasional.
Parlemen Iran yang didominasi konservatif mengesahkan undang-undang pada Desember yang menuntut negara itu menangguhkan beberapa inspeksi jika Amerika Serikat (AS) gagal mencabut sanksi. Undang-undang tersebut akan mulai berlaku pada Selasa.
Seorang analis politik Saudi dan sarjana hubungan internasional, Hamdan Al-Shehri mengatakan kepada Arab News bahwa tampaknya ada kesepakatan diam-diam antara AS dan Iran tentang masalah nuklir.