https://www.jurnas.com/images/img/conf-Jurnas_11.jpg
Beranda News Ekonomi Ototekno Gaya Hidup Hiburan Olahraga Humanika Warta MPR Kabar Desa Terkini

Gus Jazil Memotivasi Kiai Doakan Santri Jadi Pemimpin

Aliyudin Sofyan | Kamis, 17/06/2021 07:31 WIB

Gus Jazil mengatakan, pemimpin bangsa ke depan harus mereka yang mewarisi dan memiliki visi keulamaan. Wakil Ketua MPR, Jazilul Fawaid. (Foto: MPR)

Subang, Jurnas.com – Peran ulama dalam berdirinya bangsa Indonesia tidak boleh diabaikan. Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, spirit yang melandasi lahirnya Pancasila pondasinya diwariskan para ulama.

Sayangnya, para ulama justru tidak menjadi pemimpin di negeri ini padahal mereka yang meletakkan perjuangan keagamaan dan kebangsaan. ”Ulama adalah pendiri bangsa yang tidak pernah meminta imbalan,” kata Gus Jazil–sapaan akrab Jazilul Fawaid– saat Sosialisasi 4 Pilar di Majelis Taklim Hikam Al Mansuriyah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021).

Dikatakan Gus Jazil, sistem politik di Indonesia saat ini membuat kalangan santri dan kiai sulit menjadi pemimpin. Sebab, sistem politik yang ada ibarat pasar malam.

Baca juga :
Mahfud MD Berkhotbah Utamakan Persaudaraan di Tahun Politik

”Kalau politik masih seperti pasar malam, anggota majelis taklim hanya bisa menjadi penonton. Kita hanya jadi barang dagangan. Padahal dengan spirit dari perjuangan ulama dalam pendirian negeri ini, kitalah yang seharusnya menjadi pemimpin. Nggak enak dipimpin itu, apalagi kalau pemimpinnya kacau, serakah, semaunya sendiri,” tuturnya.

Gus Jazil mengatakan, pemimpin bangsa ke depan harus mereka yang mewarisi dan memiliki visi keulamaan. Karena itu, Gus Jazil pun memotivasi para santri dan juga kiai untuk mendoakan para santri agar ke depan bisa menjadi Presiden.

Baca juga :
Kualitas Infrastruktur Sekolah Harus Mendapat Perhatian Serius

”Jangan takut berdoa dan mendoakan anak-anak kita untuk menjadi pemimpin. Nabi Sulaiman yang anaknya raja saya masih berdoa agar bisa menjadi raja. Kita ini kadang-kadang merasa takut, merasa minder untuk menjadi pemimpin,” katanya.

Diceritakan Gus Jazil, dahulu di Indonesia ada tiga kelompok masyarakat. Pertama adalah kaum priyayi yakni kelompok atau keluarga para pejabat dan kalangan keraton. Kedua kalangan santri yang selain mendalami ilmu agama, juga adalah para pedagang. Dan kelompok ketiga adalah kalangan kaum abangan yang umumnya para petani.

Baca juga :
Ahmad Basarah: Elastisitas Pancasila di Abad 21 Diuji oleh Kesetiaan Rakyat Pendukungnya

”Kalau ada kiai, santri tidak berdagang, tidak bisnis, itu ya sebenarnya tidak memiliki jiwa santri. Dikiranya santri itu hanya mempelajari ilmu agama, hanya ngaji saja. Dulu Serikat Dagang Islam itu kalangan santri yang melakukan perlawanan melawan VOC. Tapi santri sekarang yang justru diperdagangkan. Santri sekarang malah banyak yang hanya jadi petani saja. Santri dijauhkan dari pasar, hilang semangat dagangnya. Hanya disuruh bikin majelis taklim,” tuturnya.

Karena itu, Gus Jazil mendorong kalangan santri dan ulama agar tidak anti terhadap politik. Sebab, Indonesia harus memiliki pemimpin yang memiliki visi keulamaan dan santri.

Sementara itu, Ketua Majelis Taklim Al Mansyuriyah KH Sulaiman mengatakan bahwa PKB sebagai partai politik yang didirikan oleh para ulama agar bisa menjadi seperti pohon yang menghasilkan buah dan bermanfaat bagi banyak orang.

“Mudah-mudahan PKB seperti pohon yang menjulang tinggi, akarnya kuat tertancap ke bumi, dan rantingnya menjulang ke langit, serta mengeluarkan buah. Semoga bermanfaat dan barokah,” katanya.

Dia berharap para politisi PKB tidak ”kebanjiran” ketika diberikan tahta atau jabatan, tidak kena ”puting beliung” dalam mengelola konflik, serta terbebas dari berbagai fitnah.

(Aliyudin Sofyan)
KEYWORD :

Kinerja MPR Jazilul Fawaid Santri Pemimpin Politik