https://www.jurnas.com/images/img/conf-Jurnas_11.jpg
Beranda News Ekonomi Ototekno Gaya Hidup Hiburan Olahraga Humanika Warta MPR Kabar Desa Terkini

Sekjen PBB Sebut Dunia Sudah Kehabisan Waktu Aatasi Krisis Iklim

Supianto | Selasa, 20/04/2021 11:22 WIB

Laporan tersebut menggambarkan tahun 2020 sebagai salah satu tahun terpanas dalam catatan, sementara konsentrasi gas rumah kaca meningkat meskipun terjadi perlambatan ekonomi terkait pandemi. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), General Antonio Guterres (Foto: Presstv)

Jenewa, Jurnas.com -  Tahun 2021 harus menjadi tahun aksi untuk melindungi orang-orang dari efek bencana perubahan iklim. Demikian kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (19/4) menjelang pertemuan puncak penting yang diadakan Amerika Serikat (AS).

Waktu hampir habis untuk mengatasi krisis iklim, PBB memperingatkan, dengan pandemi COVID-19 telah gagal menghentikan perubahan iklim yang tanpa henti.

Seruan itu muncul bersamaan dengan laporan utama menjelang KTT iklim Presiden AS Joe Biden yang dimulai pada Kamis. Empat puluh pemimpin dunia telah diundang untuk menghadiri pembicaraan virtual Biden yang bertujuan menggalang upaya negara-negara besar untuk mengatasi krisis iklim.

Baca juga :
Rusia Kirim Jet Su-27 untuk Cegah Pesawat AS Langgar Perbatasan

"Kami berada di ambang jurang," Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan pada konferensi pers saat ia mengungkapkan laporan Keadaan Iklim Global 2020 oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), PBB.

"Ini benar-benar tahun yang sangat penting bagi masa depan umat manusia. Dan laporan ini menunjukkan kita tidak punya waktu untuk disia-siakan, gangguan iklim ada di sini," kata Guterres.

Baca juga :
Harga Minyak Naik, Dipicu Kekhawatiran Pengetatan Pasokan

Laporan tersebut menggambarkan tahun 2020 sebagai salah satu tahun terpanas dalam catatan, sementara konsentrasi gas rumah kaca meningkat meskipun terjadi perlambatan ekonomi terkait pandemi.

"Tahun lalu menampilkan cuaca ekstrim dan gangguan iklim, yang dipicu oleh perubahan iklim antropogenik, mempengaruhi kehidupan, menghancurkan mata pencaharian dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka," kata Guterres.

Baca juga :
Larangan TikTok di Montana Disebut Tidak Konstitusional

"Ini adalah tahun untuk bertindak. Negara-negara harus berkomitmen untuk mencapai nol emisi pada tahun 2050," kata ketua PBB itu. "Mereka perlu bertindak sekarang untuk melindungi orang dari efek bencana perubahan iklim."

Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim menyerukan untuk membatasi pemanasan global di bawah dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, sementara negara-negara akan berupaya untuk membatasi kenaikan hingga 1,5 derajat Celcius.

WMO percaya setidaknya ada satu dari lima kemungkinan suhu global rata-rata untuk sementara melebihi 1,5 derajat Celcius pada tahun 2024.

Sasaran Paris akan menonjol pada KTT Biden, yang dilihat oleh aktivis lingkungan muda Swedia Greta Thunberg sebagai peluang untuk membantu mengubah pola pikir untuk menjadi lebih serius tentang perubahan iklim.

"Selama kita tidak benar-benar memperlakukan krisis seperti krisis, tentu saja kita tidak akan bisa mencapai perubahan besar," kata Thunberg dalam acara Organisasi Kesehatan Dunia.

Laporan tahunan WMO 56 halaman mendokumentasikan indikator-indikator sistem iklim, termasuk peningkatan suhu daratan dan lautan, kenaikan permukaan laut, pencairan es, dan cuaca ekstrem.

Ini juga menyoroti dampak pada pembangunan sosio-ekonomi, migrasi dan pengungsian, dan ketahanan pangan.

"Semua indikator iklim utama dan informasi dampak yang diberikan dalam laporan ini menunjukkan perubahan iklim yang terus-menerus tanpa henti, peningkatan kejadian dan intensifikasi peristiwa berdampak tinggi dan kerugian parah serta kerusakan yang mempengaruhi orang, masyarakat dan ekonomi," kata Kepala WMO, Petteri Taalas.

Menstabilkan suhu rata-rata global pada 1,5-2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini akan membutuhkan pengurangan emisi gas rumah kaca yang ambisius, yang harus mulai terjadi selama dekade ini.

Gagal bukanlah pilihan, Taalas memperingatkan: "Jika kita gagal dengan mitigasi iklim, kita akan melihat dampak dramatis yang akan berlangsung selama berabad-abad." (AFP)

(Supianto)
KEYWORD :

Krisis Iklim Antonio Guterres Amerika Serikat