Kamis, 25/04/2024 00:57 WIB

Manyoritas Warga Indonesia Enggan Tes COVID-19

Hasil survei menyimpulkan, mayoritas responden (diri dan keluarganya, Red) tidak melakukan tes selama pandemi dengan alasan pernah merasakan gejala klinis atau merasa terpapar COVID-19.

Seorang Kepala Desa menjalani pemeriksaan Swab Test untuk mendeteksi penularan Covid-19 di Klinik Bersaudara Dinas Kesehatan, Kantor Dinkes Sergai, Sei Rampah, Senin (26/10/2020). (Foto:Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Hasil survei International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menyimpulkan, mayoritas warga Indonesia disebut tidak pernah melakukan tes swab covid-19 karena biaya tes yang terbilang mahal.

INFID menyimpulkan hal itu setelah melakukan penelitian bersama Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia di enam lokasi rujukan, yakni Semarang, Padang, Malang, Surabaya, Makassar, dan Kabupaten Tangerang. Survei ini menyasar 540 responden perempuan.

Hasil survei menyimpulkan, mayoritas responden (diri dan keluarganya, Red) tidak melakukan tes selama pandemi dengan alasan pernah merasakan gejala klinis atau merasa terpapar COVID-19.

"Hal ini diperkuat dengan alasan mengaku tidak pernah merasakan gejala klinis atau merasa terpapar COVID-19. Indikasi lainnya, bisa disebabkan akses testing (ketersediaan lokasi dan biaya)," kata INFID dalam keterangannya diterima Jurnas.com.

Sebagian responden menyatakan melakukan tes mandiri menunggakan rapid test antibodi, yang harganya lebih murah. Meskipun dari hasil kajian tes yang memiliki akurasi yang lebih tinggi adalah rapid tes antigen dan PCR.

Pemeriksaan menggunakan medote rapid test antibodi walaupun harganya paling terjangkau, namun tingkat akurasi dalam mendeteksi COVID-19 paling rendah, yaitu hanya sekitar 18%.

"Rapid test antibodi merupakan pemeriksaan dengan tingkat akurasi paling rendah, yaitu hanya sekitar 18%. Rekomendasi pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi keberadaan virus Corona yang paling akurat adalah PCR dengan akurasi mencapai 80–90%, antigen memiliki tingkat akurasi sedikit di bawah tes PCR," ujar INFID.

Sekadar informasi, pengambilan sampel dalam survei ini menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan menggali pengalaman perempuan di pemukiman padat terkait penggunaan fasilitas kesehatan selama Pandemi COVID19. Semua responden adalah warga yang pernah menggunakan layanan kesehatan selama pandemi COVID-19.

Kebanyakan responden adalah perempuan berusia 30 sampai 49 tahun (64%); yang sudah menikah (69% - 91%), memiliki tanggungan (60% - 98%), tingkat pendidikan SMA dan sederajat (19% - 56%).

KEYWORD :

Tes COVID-19 Mahal Pandemi COVID-19 Perempuan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :