Sabtu, 20/04/2024 03:20 WIB

KKP Luncurkan Aplikasi Laut Nusantara

Sumber daya kelautan dan perikanan telah menjadi tumpuan dan masa depan bangsa.

Aplikasi Laut Nusantara.

Jakarta, Jurnas.Com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), mengembangkan aplikasi Laut Nusantara. Aplikasi berbasis android ini sudah ada sebelumnya dan kini semakin dikembangkan teknologinya.

"Kita harus punya program cerdas untuk atasi berbagai hambatan, dengan percepatan arus komunikasi melalui riset dan inovasi serta bekerja secara efektif dan efisien. Sumber daya kelautan dan perikanan telah menjadi tumpuan dan masa depan bangsa", ujar Kepala BRSDM Sjarief Widjaja.

"Dengan riset dan inovasi, kita dapat menggali potensi tersebut demi mewujudkan kesejahteraan rakyat, kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan, serta meningkatkan peran sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan ekonomi nasional," tambahnya.

Sementara itu Kepala Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) BRSDM I Nyoman Radiarta mengatakan, aplikasi Laut Nusantara merupakan hasil kerja sama antara Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) dibawah supervisi Pusriskel, dengan PT. XL Axiata Tbk.

Hanya dalam satu genggaman aplikasi, nelayan dapat merencanakan kegiatan penangkapan ikan dengan lebih baik, mulai menentukan secara mandiri lokasi penangkapan ikan terdekat, estimasi kebutuhan BBM, dan estimasi harga jual, dengan tetap mempertimbangkan kondisi cuaca dan gelombang saat bekerja di laut.

Aplikasi ini mengalami pegembangan sehingga kini mampu mendeteksi keberadaan ikan tuna sirip kuning, tuna sirip biru, dan albacore yang ketiganya memiliki nilai ekonomi tinggi dan primadona di pasar dunia. Update terbaru aplikasi ini kini sudah tersedia Play Store.

“Keberadaan fitur baru pendeteksi ikan-ikan bernilai ekonomi tinggi merupakan terobosan dalam upaya meningkatkan pendapatan para nelayan dengan mengubah paradigma nelayan dari mencari ikan menjadi menangkap ikan. Dalam aplikasi ini, informasi ditampilkan secara sederhana untuk membantu nelayan sehingga kegiatan penangkapan ikan dapat dilakukan secara efektif, efisien dan aman," ujar Nyoman.

Peneliti BROL Eko Susilo menjelaskan, cara kerja fitur pendeteksi ikan-ikan tersebut adalah dengan mendeteksi lokasi daerah penangkapan ikan berdasarkan kesesuaian kondisi laut, yang menurut berbagai penelitian sebagai area tempat ikan berkumpul.

Kesesuaian tersebut didasarkan pada kriteria front suhu dan tingginya kesuburan perairan. Front suhu adalah daerah pertemuan antara massa air hangat dan dingin. Sedangkan kesuburan perairan yang tinggi berasosiasi dengan tersedia makanan ikan, berupa plankton, yang melimpah. Kedua kriteria tersebut dianalisis menggunakan data citra satelit.

“Sedangkan untuk pelikan tuna dan cakalang, dihasilkan melalui pendekatan kesesuaian habitat ikan. Kriteria kesesuaian habitat ikan tersebut dianalisis menggunakan pemodelan numerik dan pendekatan statistik non linear. Yang jelas, lokasi-lokasi keberadaan ikan tuna sirip kuning, tuna sirip biru, dan albacore ditampilkan secara sederhana sehingga bisa dengan mudah digunakan oleh nelayan,” papar Eko.

Sebelumnya, aplikasi Laut Nusantara telah memiliki fitur pendeteksi ikan bernilai ekonomi tinggi lainnya yaitu Lemuru Bali, Tuna mata besar, dan Cakalang. Ikan Tuna dan Ikan Cakalang punya nilai permintaan yang tinggi di Indonesia dan pasar internasional.

Sejauh ini sudah ada 55 ribu pengguna aktif aplikasi Laut Nusantara. Mayoritas pengguna merupakan masyarakat nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia melalui sosialisasi yang diselenggarakan KKP, XL Axiata, dan instansi lainnya. Meskipun kerja sama dilakukan dengan XL Axiata, tapi semua platform bisa menggunakan aplikasi ini. Melalui Laut Nusantara dan inovasi pelayanan digital KKP lainnya, KKP telah memperoleh Anugerah Keterbukaan Informasi Publik pada tahun 2020.

KEYWORD :

KKP Laut Nusantara Aplikasi I Nyoman Radiarta




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :