Kamis, 25/04/2024 17:23 WIB

Profesor Korea Selatan Ubah Kotoran Manusia dari Toilet Jadi Listrik dan Cuan

Rata-rata orang buang air besar sekitar 500 gram sehari, yang dapat diubah menjadi 50 liter gas metana, kata insinyur lingkungan itu.

Cho Jae-weon, seorang profesor Korea Selatan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), berdiri di samping tangki tinja di sebuah laboratorium di Ulsan, Korea Selatan pada 6 Juli 2021. (Foto: REUTERS/Minwoo Park)

Ulsan, Jurnas.com - Menggunakan toilet dapat membayar kopi atau membelikan Anda pisang di sebuah universitas di Korea Selatan, di mana kotoran manusia digunakan untuk membantu memberi daya pada sebuah bangunan.

Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium yang menggunakan kotoran untuk menghasilkan biogas dan pupuk kandang.

Toilet BeeVi - gabungan kata lebah dan penglihatan - menggunakan pompa vakum untuk mengirim kotoran ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air.

Di sana, mikroorganisme memecah limbah menjadi metana, yang menjadi sumber energi untuk bangunan, menyalakan kompor gas, ketel air panas, dan sel bahan bakar oksida padat.

"Jika kita berpikir di luar kotak, kotoran memiliki nilai yang berharga untuk dijadikan energi dan pupuk. Saya telah memasukkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis," kata Cho.

Rata-rata orang buang air besar sekitar 500 gram sehari, yang dapat diubah menjadi 50 liter gas metana, kata insinyur lingkungan itu. Gas ini dapat menghasilkan listrik 0,5kWh atau digunakan untuk menggerakkan mobil sejauh sekitar 1,2km.

Cho telah merancang mata uang virtual yang disebut Ggool, yang berarti madu dalam bahasa Korea. Setiap orang yang menggunakan toilet ramah lingkungan mendapatkan 10 Ggool sehari.

Mahasiswa dapat menggunakan mata uang tersebut untuk membeli barang-barang di kampus, mulai dari kopi yang baru diseduh hingga mi instan, buah-buahan, dan buku. Para siswa dapat mengambil produk yang mereka inginkan di toko dan memindai kode QR untuk membayar dengan Ggool.

"Saya hanya pernah berpikir bahwa kotoran itu kotor, tetapi sekarang itu adalah harta yang sangat berharga bagi saya," kata mahasiswa pascasarjana Heo Hui-jin di pasar Ggool.

"Saya bahkan berbicara tentang kotoran selama waktu makan untuk berpikir tentang membeli buku apa pun yang saya inginkan," sambungnya. (Reuters)

KEYWORD :

Korea Selatan Kotoran Manusia Toilet Listrik Mata Uang Digital




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :