Jum'at, 19/04/2024 09:20 WIB

Ketimbang Impor, DPR Sarankan Pemerintah Manfaatkan Pabrik Oksigen yang Nganggur

Pemerintah diminta memanfaatkan pabrik-pabrik  gas oksigen yang saat ini dalam kondisi menganggur. Ketimbang melakukan impor gas, sebaiknya pemerintah memanfaatkan jaringan dalam negeri untuk meningkatkan perekonomian nasional.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. Foto: Azka/Man

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah diminta memanfaatkan pabrik-pabrik  gas oksigen yang saat ini dalam kondisi menganggur. Ketimbang melakukan impor gas, sebaiknya pemerintah memanfaatkan jaringan dalam negeri untuk meningkatkan perekonomian nasional.

Menurut anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, masalah keterbatasan oksigen medis ini perlu diurai secara seksama oleh pemerintah. Jangan karena panik, lalu ujug-ujug memilih impor gas oksigen.

"Daripada impor lebih baik Pemerintah mengoptimalkan kapasitas pabrik gas oksigen yang selama ini menganggur (idle capacity) menuju 100%. Kalkulasinya harus matang. Sebab selama ini kinerja perdagangan gas oksigen kita makin membaik, impor terus menurun menuju kemandirian," kata dia kepada wartawan, Rabu (7/7). 

Mulyanto mengutip data BPS yang mencatatkan impor gas menurun signifikan sejak 2017 hingga 2020. Impor yang dilakukan sebesar 3,9 juta ton pada 2017 menurun tajam jadi hanya 1,3 juta ton pada 2020.

Dibandingkan dengan produksi gas oksigen dalam negeri yang sebesar 640 juta ton per tahun maka impor gas oksigen kita hanya 0,2 persen.

Produksi gas dalam negeri sebenarnya cukup besar, yakni 640 juta ton per tahun. Itu artinya impor gas oksigen hanya sebesar 0,2 persen dibandingkan produksi dalam negeri.

Mulyanto mengatakan kemampuan dalam negeri menghasilkan gas untuk kebutuhan domestik mencapai 99,8 persen. Namun, tak semua kemampuan itu dikerahkan.

Indonesia hanya menghasilkan 74 persennya. Sementara kapasitas yang tersisa dan kini masih menganggur ada sebanyak 26 persen atau setara dengan 225 juta ton per tahun.

"Ini prestasi yang membanggakan. Bahkan beberapa waktu lalu kita berhasil membantu gas oksigen ini ke India," kata Mulyanto.

Kementerian Kesehatan dalam kesempatan rapat di DPR beberapa waktu lalu mengungkapkan saat ini sektor industri dialokasikan sebesar 70 persen. Sedang sektor kesehatan dialokasikan hanya sebesar 30 persen.

Adapun kebutuhan untuk medis sebesar 800 ton per hari (atau 292 juta ton per tahun) dan diperkirakan meningkat menjadi 2.000 ton per hari (730 juta ton per tahun).  

"Jadi kalau kita geser kuota sektor industri ke sektor kesehatan, apalagi kalau kapasitas pabrik oksigen yang menganggur ini dioptimalkan, maka masih ada sisa sebesar 137 juta ton/tahun. Artinya produksi gas oksigen dalam negeri relatif cukup," kata Mulyanto.

Mulyanto mengatakan kebijakan menggeser alokasi gas oksigen industri untuk kesehatan sampai 100 persen di masa-masa panik seperti sekarang ini sudah tepat.  

"Yang perlu segera dilakukan adalah kebijakan untuk mengoptimalkan kapasitas pabrik gas oksigen yang menganggur menuju 100%. Ini hal yang strategis perlu dilakukan. Agar kita tidak mengandalkan impor lagi," kata Mulyanto.

KEYWORD :

Warta DPR Komisi VII DPR Oksigen Impor PKS Mulyanto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :