Gambar ini menunjukkan semburan gas di fasilitas Basrah Gas Company (BGC) di Basra pada 11 Februari 2019 [HUSSEIN FALEH/AFP
Jakarta, Jurnas.com - Irak Basra Gas (BGC) konsorsium telah menandatangani perjanjian pinjaman $360 juta dengan Bank Dunia International Finance Corporation (IFC).
Hal itu dilakukan untuk membantu mengurangi pembakaran gas di selatan negara dan menyediakan bahan bakar yang sangat dibutuhkan untuk pembangkit listrik.
BGC mengatakan bahwa pinjaman IFC lima tahun akan mendanai sebagian pembangunan Pabrik Ekstraksi Cairan Gas Alam Basra yang baru, yang akan meningkatkan kapasitas pemrosesan gas sebesar 40 persen menjadi 1,4 miliar ft³ per hari (14,42bn m³ per tahun) dari 1bn ft per hari.
Perekonomian Dunia Berisiko Resesi
"Ekspansi tersebut akan berkontribusi pada peningkatan kapasitas BGC untuk memproses tambahan 400 juta kaki kubik standar gas per hari dari produsen terdekat," tambahnya dilansir Middleeast, Rabu (30/06).
Didirikan pada tahun 2013, Basra Gas Consortium adalah perusahaan patungan selama 25 tahun antara Perusahaan Gas Selatan milik negara, Shell, dan Mitsubishi Jepang.
Irak adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) setelah Arab Saudi. Mereka memiliki produksi harian rata-rata 4,6 juta barel dalam kondisi normal.
Negara ini juga memiliki perkiraan persediaan 132 triliun kaki kubik gas, 700 miliar di antaranya telah terbakar karena kurangnya infrastruktur untuk mengeksploitasinya, kata kementerian perminyakan Irak.
Irak membutuhkan gas untuk mengoperasikan pembangkit listrik, dan mengimpor 20 juta standar kaki kubik per hari dari Iran, meskipun 70 juta kaki kubik standar per hari gas diperlukan untuk mengoperasikan pembangkit.
KEYWORD :Pemerintah Irak Fasilitas Gas Bank Dunia