Sabtu, 20/04/2024 16:14 WIB

Pelaku UMKM Didorong Pakai Pembayaran Digital QRIS, Praktis dan Hygienis di Tengah Pandemi

QRIS semakin mendorong produktifitas pelaku bisnis UMKM

Pembayaran Digital QRIS Mengurangi Interaksi Langsung di Tengah Pandemi

Jakarta, Jurnas.com - Para pelaku bisnis UMKM yang tergabung dalam Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) didorong untuk menerapkan pembayaran digital menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS).

Ketua Umum PBA Ary Zulfikar mengatakan, transformasi digital telah mengubah cara orang melakukan pembayaran, seiring dengan laju perkembangan teknologi di bidang perbankan.

"Perkembangan teknologi membawa perubahan dari pembayaran fisik, ATM, mesin EDC dan hingga saat ini pembayaran digital melalui QR Code," ujar Ary Zulfikar sebagai keynote speaker dalam webinar QRIS: Pembayaran Praktis dan Higienis.”

Webinar tersebut merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dan Perkumpulan Bumi Alumni, dengan menghadirkan dua narasumber Ricky Satria dari Bank Indonesia (BI) dan Muhammad Yusuf dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Jumat (18/6/2021).

Ary Zulfikar menjelaskan, PBA mendorong kepada pelaku bisnis UMKM melakukan pembayaran digital melalui QRIS sehingga sangat praktis, efisien, dan hygienis.

"Transaksi pembayaran juga sangat aman dan bisa dilakukan dimanapun dan kapan saja, tidak tergantung jarak dan waktu," jelasnya.

Kecenderungan pembayaran digital juga membuat para customer lebih royal untuk membeli produk, karena mereka tidak bawa tunai yang sering terbatas jumlahnya.

"Sekarang ini memang semakin meluas pembayaran digital, uang tunai sudah mulai berkurang penggunaanya,” tambah Ary Zulfikar yang juga menjadi Direktur Eksekutif Hukum LPS.

Gerakan kewirausahaan PBA, lanjut Ary, juga ikut mengembangkan kafe dengan platform pembayaran online, dua buah gerai Kafe di Kadin Bandung dan Mall PTC menerapkan pembayaran digital melalui QRIS.

"Konsumen lebih mudah dalam berbelanja. Pembayaran digital QRIS semakin mendorong produktifitas pelaku bisnis UMKM," jelasnya.

Pada kesempatan sama, Rikcy Satria selaku Koordinator Kelompok Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Pembayaran Bank Indonesia menjelaskan, QRIS mulai dikembangkan sejak 2019, setelah melakukan kajian sepanjang 2018.

Tujuannya adalah membantu keuangan inklusif, dan menjangkau pelaku usaha UMKM sejalan dengan perkembangan teknologi. QRIS disusun bersama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) baik bank dan non bank dari seluruh Indonesia.

"Setelah melakukan serangkaian uji coba pada tanggal 17 Agustus 2019, QRIS resmi diluncurkan sebagai alat pembayaran digital yang bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia," Jelas Ricky.

Ketika pandemi covid-19 mulai merebak pada 2020, QRIS yang diluncurkan BI menjadi "blessing in disguise" karena sejalan dengan seruan WHO terkait dengan transaksi aman menggunakan contact less, mobile payment.

Kebijakan ini lantaran virus yang menempel pada uang tunai bisa bertahan cukup lama, termasuk juga virus yang menempel di kartu debit dan kartu kredit.

"Adanya pandemi ini menjadi pemicu bagi orang untuk melakukan transformasi termasuk dalam pembayaran digital yang aman dan menghindarkan diri dari kemungkinan kontak fisik. Mereka melakukan moving digital payment, padahal kita belum melakukan campaign secara massif," tuturnya.

QRIS memang didesain untuk pembayaran digital di sektor retail, bisa digunakan oleh para pelaku bisnis UMKM bisa digunakan juga untuk pembelian pulsa, pembayaran listrik dan telpon. Para pelaku UMKM umumnya pembayarannya berbasis cash.

Menurut Ricky Satria dari kajian transaksi menggunakan tunai lebih banyak dampak negatifnya, tidak kompatibel dengan upaya mendorong peningkatan kualitas hidup dan kualitas enterpreuner.

Sebagai contoh, sistem pembayaran komfensional cenderung membuat orang kerap mencampur antara uang pribadi dan usaha, dan tidak mencatat transaksi pembayaran. Akibatnya kerap tidak menuhi syaray ketika mengajukan modal usaha ke perbankan.

"Selain itu tendensi menerima uang palsu tinggi dan uang hilang juga tinggi," kayanya.

Lantaran sulut mendapatkan pinjaman perbankan, mereka mendapatkan pinjaman dari rentenir yang bunganya sangat tinggi.

"Agar itu semia tidak terjadi, maka QRIS bisa menjadi solusi dan tools bagi UMKM untuk memperbaiki transaksinya dan membuka gerbang untuk masuk digital ekonomi,” jelas Satria.

"Sekaligus untuk mengakslerasi perkembangan ekonomi dan meningkatkan kualitas para pelaku bisnis UMKM," lanjutnya.

Metode pembayaran QRIS bisa digunakan untuk berbagai platform market, baik itu yang masih menggunakan platform medsos, instragram, facebook maupun group WA. Selain tentu saja e-commerce atau market place, seperti halnya bli-bli dan sebagainya.

"Kita menargertkan pada tahun 2021 sekitar 12 juta merchant sudah menggunakan QRIS,” pungkas Satria.

Sementara Muhammad Yusuf, Vice President Bank BRI bidang Payment Retail menyampaikan saat ini BRI menjadi salah satu bank pengelenggara layanan QRIS.

Dengan jumlah kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, BRI membuka bagi para pelaku bisnis UMKM untuk menjadi merchant QRIS.

"Sangat mudah untuk mendaftar menjadi merchant QRIS, cukup membawa KTP dan NPWP saja bagi perseorangan,” jelasnya.

Ia menilai kehadiran QRIS sangat membantu transaksi, karena dulu sebelum ada QRIS biasanya di meja toko tersusun berbagai macam QR, ada QR Link aja, Ovo, Gopay dan sebagainya.

Dengan adanya kebijakan Bank Indonesia mengggunakan standar pembayaran digital, maka QRIS menjadi lebih simpel, meja tidak sumpek lagi cukup dengan satu QRIS semua bisa terlayani.

Kehadiran QRIS membuka peluang yang besar bagi para pedagang dan pelaku bisnis UMKM, karena trend menyimpan uang di dompet digital atau e-wallet juga semakin meluas. Fintech-Fintech yang menyediakan e-wallet memancing para user untuk menyimpan dananya ke dalam e-wallet.

Trend pembayaran melalui e-wallet menjadi metode pembayaran yang paling disukai. Sebagai ilustrasi pengguna gopay :120 juta, ovo : 115 juta, shopee pay : 100 juta, Dana : 65 juta, Link Aja : 60 juta.

“Nah ini tentu saja sudah menyebar ke seluruh Indonesia,”ujar Muhammad Yusuf.

Belum lagi kalau melihat saldo yang ada di e-wallet, berdasarkan data di berbagai platform e-wallet ada 103 Triliun per bulan. Disinilah peluang dan potensi yang sangat besar bagi para pedagang untuk mengambil manfaat dari adanya dana yang tersedia di dalam e-wallet. Bagaimana caranya mendorong dana sebesar Rp103 Triliun untuk bertransaksi.

Rata-rata di saldo di masing-masing pengguna e-wallet ini tersedia Rp200 ribu, sehingga ketika datang ke toko dan melihat QR mereka akan mengeluarkan handphonenya untuk bisa melakukan pembelanjaan.

"Berdasarkan dari transaksi setiap bulan total ada 1.548 Triliun transaksi sales volume menggunakan e-wallet.

"Kalau kita tidak memiliki QRIS maka mungkin pengguna e-wallet enggan berbelanja di toko kita, namun kalau kita sudah ada QRIS maka kita bisa menangkap mereka untuk bertransaksi, memindahkan saldo e-wallet ke dalam saldo kita,” papar Yusuf.

Terakhir, Yusuf mendorong para pelaku bisnis UMKM yang tergabung dalam Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) untuk bertransaksi menggunakan metode pembayaran digital, QRIS. Sebagai metode pembayaran yang sangat menguntungkan, aman dan tentu saja sehat.

KEYWORD :

QRIS transformasi digital Perkumpulan Bumi Alumni Ary Zulfikar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :