ilustrasi tentara Ethiopia (foto: Middleeast)
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Luar Negeri Ethiopia mengumumkan rencana negara tersebut untuk mendirikan pangkalan militer di Laut Merah pada Kamis (03/06) kemarin.
Juru bicara kementerian Dina Al-Mufti membuat pengumuman selama konferensi pers di ibukota Addis Ababa, menyatakan bahwa berbagai negara menunjukkan minat untuk mengendalikan wilayah Laut Merah dengan mendirikan lebih banyak pangkalan militer daripada sebelumnya.
Dilansir Middleeast, Jumat (04/06), ia menjelaskan bahwa negaranya sangat memperhatikan perkembangan ini. Bahkan ia menyebut bahwa hal ini sangat "mengkhawatirkan".
Mengenai kekhawatiran Mesir dan Sudan setelah Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed baru-baru ini mengumumkan pembangunan bendungan baru, Mufti menjawab: "Apa masalahnya jika penguasa di tanahnya mengatakan bahwa kami akan membangun selama tanahnya terikat oleh hukum internasional? ? 100 atau 1.000 bendungan baru."
Komentarnya terkait dengan Ahmed yang menyarankan bahwa Ethiopia bermaksud untuk membangun lebih dari 100 bendungan berukuran kecil dan menengah, sebagai satu-satunya cara untuk melawan kekuatan apa pun yang menentang Ethiopia.
Pada hari Senin Mesir dan Sudan mengakhiri latihan militer bersama di tengah perselisihan dengan Ethiopia mengenai Bendungan Grand Renaissance yang kontroversial di anak sungai utama Sungai Nil. Latihan enam hari itu dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan pertahanan yang diperkuat antara kedua negara Arab.
Tahun lalu, Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi meresmikan situs militer terbesar negaranya di Laut Merah, Pangkalan Militer Berenice, yang terletak di tenggara kota Aswan. Selain mengamankan perbatasan selatan dengan Sudan dan memperkuat pengaruh Mesir di Laut Merah, juga berspekulasi bahwa hal itu dapat mendukung negara-negara Teluk anti-Iran dan sekutu barat mereka.
Pangkalan Milter Laut Merah Pemerintah Ethiopia
