Jum'at, 26/04/2024 02:43 WIB

Anekdot Inspiratif Bung Karno Saat Indekos di Rumah HOS Tjokroaminoto

Sukarno, Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka, Musso, hingga Kartosoewirjo.

Sejarawan Bonnie Triyana

Jakarta, Jurnas.com - Selama enam tahun, Soekarno indekos di rumah Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto dan menempuh pendidikan di Hogere Burger School (HBS) Surabaya.

Selama tinggal di rumah tersebut, Soekarno belajar banyak dari teman-teman satu atapnya. Kala itu, ia menjadi anak kecil yang memasang telinga lebar-lebar ketika para pemuda sedang berbincang mengenai nasib orang-orang bumiputra. Tentunya ia banyak belajar dari Tjokroaminoto.

Topik perjalanan Bung Karno ini dikupas oleh Sejarawan dan Pemred Historia, Bonnie Triyana pada acara talkshow dan musik yang digelar oleh Badan kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan pada Kamis, 3 Juni 2021.

Bonnie mengatakan, Bung Karno indekos di rumah Tjoktoaminoto bersama beberapa orang, diantaranya Hermen Kartowisastro yang kemudian jadi Duta Besar di masa kemerdekaan.

"Ada juga Suarli, Alimin dan lain-lain. Itulah masa penting bagi Bung Karno di dalam pendidikan politiknya dari tokoh Sarikat Islam yang terkemuka dan terkenal waktu itu," jelas Bonnie.

Tentu bukan kebetulan Sukarno di rumah Tjokroaminoto. Bapak Bung Karno, Soekemi Sosrodihardjo, adalah teman dekat Tjokroaminoto dan mengenal betul tokoh bangsa tersebut. Ia ingin putra satu-satunya itu berguru pada salah satu pemimpin bangsa yang diakui para penjajah.

"Karena perkawanan baik inilah kemudian Soekarno ngekos di rumahnya Pak Tjokro," lanjut Bonnie

Kemudian seorang sejarawan itu memaparkan, bahwa HOS Tjokoraminoto merupakan tuan rumah sekaligus pembimbing bagi Bung Karno dan sejumlah tokoh nasional lain ketika mereka mengenyam pendidikan di Surabaya. Di tempat ini pula, presiden pertama Republik Inonesia ini bertemu tokoh-tokoh penting nasional.

Di antara tokoh-tokoh penting Indonesia yang pernah tinggal di rumah ini adalah Sukarno, Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka, Musso, hingga Kartosoewirjo.

"Siapa yang tak mengenal tokoh-tokoh besar itu. Mereka adalah para pejuang kemerdekaan yang namanya harum dan diabadikan dalam buku-buku sejarah serta dipelajari rekam jejaknya," ungkap Bonnie.

Masing-masing dari mereka, lanjut Bonnie, memiliki latar belakang dan ideologi yang berbeda, namun di salah satu rumah di Surabaya itu mereka belajar dengan rukun pada satu guru, yaitu kepada Haji Oemar Said Tjokroaminoto.

Selama di rumah tersebut Soekarno digembleng pemikirannya oleh Tjokroaminoto. Ia dicekoki buku-buku, buku apa pun. Buku-buku ini pun menjadi penyelamat Soekarno muda dari hari-harinya yang begitu nelangsa.

Pemikiran ini pun terus diolah dengan diskusi-diskusi bersama para "mahaputra", sebutan Soekarno bagi senior-seniornya. "Ia belajar bahwa pemikiran bukan hanya untuk disimpan melainkan diamalkan," tegas Bonnie.

Bersamaan dengan pengalaman tentang pendidikan politik bagi Soekarno, ternyata ada kisah lucu dan menarik juga yang berangkali orang jarang mengetahuinya.

Ketika Soekarno, Hermen, dan Suarli mencari hiburan dengan mengikuti lomba panah dan ternyata mereka menang dan mendapatkan hadiah seekor kuda tua. Menariknya, kuda tua ini mereka bawa melewati ruang tengah rumah Tjokroaminoto.

"Dalam istilahnya Bung Karno dalam autobiografinya dia bilang, anda bayangkan kepada Cindy Adams, kami membawa seekor kuda tua melewati rumah Raja Jawa tanpa mahkota. Jadi pak Tjokro itu disebutnya sebagai Raja Jawa tanpa mahkota, pemimpin besar Sarikat Islam," pungkas Bonnie.

Program ‘Talkshow & Musik’ BKNP PDIP dengan tema besar ‘Bung Karno Series’ digelar setiap hari pada bulan Juni, sebulan penuh Bulan Bung Karno.

KEYWORD :

HOS Tjokroaminoto Soekarno Bulan Bung Karno Bonnie Triyana




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :