Jum'at, 19/04/2024 15:49 WIB

PDIP Ajak Milenial Hidupkan Nilai-nilai Pancasila di Era Kekinian

Pancasila itu tidak terlepas dari nilai dan unsur budaya.

Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan gelar talkshow peringatan Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno

Jakarta, Jurnas.com - Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan mengajak generasi muda Indonesia menghidupkan makna dan dan nilai-nilai Pancasila di era globalisasi modern yang penuh dengan inovasi dan kreatifitas.

Ajakan itu disampaikan oleh Panitia Pengarah Bulan Bung Karno PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat dalam acara talkshow dan seni yang digelar dalam peringatan Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno sepanjang Juni 2021.

"Bulan Bung Karno, menjadi cara PDIP mengajak anak muda untuk memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian, modern, tanpa meninggalkan spirit sejarah," ungkap Djarot, Selasa (1/6/2021).

Acara talkshow dan seni itu menghadirkan musisi sekaligus komposer Addie MS, juga sutradasa kawakan Garin Nugroho Riyanto sebagai narasumber utama.

Addie MS menjelaskan, Pancasila sampai kapanpun akan menjadi solusi untuk negeri Indonesia yang bhineka ini. Dengan adanya sila ke-tiga persatuan Indonesia merupakan sebuah solusi untuk Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang.

"Justru lebih perlu lagi, kalau kita lihat teknologi informasi di era globalisasi ini membanjiri masyarakat, apapun informasi yang diinginkan akan datang sendiri," katanya.

Pancasila merupakan alat pemersatu, bahwa dengan informasi apapun yang kita dapat, jangan lupa akan persatuan.

Bung Karno menggali Pancasila yang sudah ada di bumi Indonesia dengan cara yang halus dan tajam, sehingga apa yang para seniman lakukan sekarang ini adalah memekarkan atau mengharumkannya kembali di masyarakat.

Kemudian ia mencontohkan lagu anak-anak yang berjudul "pelangi-pelangi" sudah jarang terdengar di televisi-televisi, beda dengan zaman dulu ketika disiarkan oleh TVRI semuanya ikut satu suara menyanyikan.

Namun sekarang tidak bisa lagi seperti itu, karena zaman sudah semakin modern dan sudah majemuk, kemudian hal ini sudah terejawantahkan pada porsi geraknya masing-masing sesuai dengan perannya.

Addie berpendapat perbedaan sudut pandang dan gerak masing-masing, merupakan asset, terlebih dalam dunia seni. Namun hal yang paling penting adalah bagaimana menghadirkan kembali, membangkitkan kembali spirit Pancasila di era kekinian.

Dalam hal seni, misalnya bagaimana lagu-lagu zaman dulu yang mengajarkan nasionalisme itu diaransmen ulang dengan nada dan musik yang khas dengan zaman sekarang.

"Intinya bagaimana semangat Pancasila ini dihadirkan, semangat perjuangan dihadirkan di era ke kinian dengan cara masing-masing sesuai dengan posisi dan kedudukannya masing-masing. Semisal lewat lagu anak-anak tadi itu di aransmen ulang,” tambah Addie.

Sudut pandang yang tak jauh berbeda diuangkapkan juga oleh seorang sutradara dan budayawan Garin Nugroho. Ia menilai Pancasila yang kita anut sebagai dasar negara sampai hari ini mempunyai nilai dan aspek seni, bahkan para seniman juga ikut andil dalam merumuskan Pancasila.

Pancasila itu justru berbasis nilai-nilai seni, para penggodog Pancasila itu banyak para senimannya, kalua gak ada senimannya malah Pancasila gak akan jadi. Contohnya Muhammad Yamin, bapak sonata. Itu baru satu. Muhammad hatta, ngasih istrinya aja buku. Soekarno? Bahkan dianggap seperti bapak teater,” jelas Garin.

Ia mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang membentuk Pancasila itu tidak terlepas dari nilai dan unsur budaya.

“Proses Pancasila adalah proses budaya, bahasa aja, kata Pancasila misalnya dalam membahasakan ada yang diambil dari bahasa sutasoman misalnya, ada yang dari Bahasa sangsekerta. Karena soekarno sendiri sangat dekat dengan orang-orang ahli Bahasa,” tambah Garin.

KEYWORD :

Pancasila Bulan Bung Karno Djarot Saiful Hidayat milenial Garin Nugroho Addie MS




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :