Jum'at, 26/04/2024 00:03 WIB

Ekosistem Reka Cipta Ikhtiar Bangun Kedaulatan Pangan

Berdasarkan data statistik, Indonesia masih bergantung kepada impor buah sebanyak 375 ribu ton perbulan, lalu impor gandum sebanyak 8 juta ton pertahun. Sedangkan anggaran kita untuk impor buah-buahan sekitar Rp19 triliun pertahun.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menggelar diskusi dan ngabuburit bareng Kedaireka, dengan tema Membangun Kedaulatan Pangan melalui Ekosistem Reka Cipta, pada Sabtu (1/5) lalu.

Acara ini menghadirkan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Paristiyanti Nurwardani, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Momon Rusmono, Rektor Institut Pertanian Bogor Arif Satria, CEO TaniHub Group Pamitra Wineka, Pakar Rantai Pasok Pertanian UNPAD Tony Perdana, dan Koordinator Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti Achmad Aditya Maramis.

Nizam menyampaikan melalui diskusi ini diharapkan dapat membangun Indonesia yang semakin berdaulat dan maju dalam aspek pangan dan pertanian.

"Semangat untuk membangun kedaulatan Indonesia perlu kita gulirkan bersama secara bergotong royong, antara pemerintah, masyarakat, pelaku industri dan perguruan tinggi sebagai tulang punggung di dalam inovasi nasional," ujarnya.

Berdasarkan data statistik, Indonesia masih bergantung kepada impor buah sebanyak 375 ribu ton perbulan, lalu impor gandum sebanyak 8 juta ton pertahun. Sedangkan anggaran kita untuk impor buah-buahan sekitar Rp19 triliun pertahun.

Lebih lanjut, Nizam jelaskan bahwa Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dan tanah yang subur. Berbagai buah, tanaman serta kayu bisa hidup tanpa harus memupuk dan membudidayakanya.

Untuk itu, ia menekankan bahwa Indonesia seharusnya menjadi eksportir produk-produk pertanian, karena didasari oleh kesuburan tanah, kekayaan alam yang luar biasa, kecukupan sinar matahari setiap tahunnya dan jumlah air hujan yang melimpah.

Nizam berharap, ke depannya Indonesia menjadi pusat eksportir terbesar di dunia untuk produk-produk pertanian dan pangan yang maju.

"Kampus dengan 8,5 juta mahasiswa, seharusnya menjadi kekuatan raksasa untuk menggerakan dan memodernisasi pertanian kita yang tidak hanya berfokus pada petani saja, melainkan pada teman-teman yang ahli dalam bidang teknologi informasi, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Kerja sama ini bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai kedaulatan pangan yang maju," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Paristiyanti Nurwardani turut menjelaskan menggenai data statistik impor yang dilakukan oleh Indonesia. Ia menggungkapkan di tahun 2020 Indonesia masih mengimpor beras, kedelai sejumlah satu juta ton per tahun, daging sebanyak 100 ribu ton pertahun dan masih mengimpor gula lebih dari 600 ribu ton pertahun.

"Artinya kita masih mempunyai kendala terkait dengan pangan dan kita belum merdeka dari pangan," ujarnya.

Untuk itu Paris berharap melalui kegiatan ini nantinya dapat menghasilkan luaran yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Paris juga mengajak semua pihak mulai dari akademisi, pemerintah, dan industri untuk mengatasi permasalahan ini melalui ekosistem reka cipta yang telah dibangun di Kedaireka.

"Mari kita sukseskan kedaulatan pangan kita melalui Kedaireka. Kedaireka siap membangun membangun kedaulatan pangan dengan pendekatan pentahelix," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian yang diwakili oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian khususnya dalam meningkatkan kompetensi SDM pertanian untuk dapat menghasilkan produk-produk reka cipta.

"Produk-produk reka cipta ini sangat potensial untuk mendukung kedaulatan pangan. Produk-produk ini ditelurkan oleh para peneliti dari seluruh pelosok tanah air, termasuk dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain. Ke depan, akan terus kita genjot produktivitas, kualitas, dan kontinuitas produk pertanian kita," papar dia.

Rektor IPB Arif Satria menjelaskan seputar inovasi-inovasi yang mampu diaplikasikan untuk pembangunan kedaulatan pangan. Di antaranya Smart Farming & Manajemen Lingkungan 4.0, Smart Seeds, Sistem Deteksi Pintar, Nutrigards, Preci Palm dan FASTREK.

"Semoga inovasi ini bisa selaras dengan program Kedaireka, dan mampu memberikan manfaat besar bagi pertahanan pangan kita," tutup Arif.

KEYWORD :

Kedaulatan Pangan Kedai Reka Kedaireka Ditjen Dikti Nizam Paristiyanti Nurwardani




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :