Sabtu, 20/04/2024 22:32 WIB

Pisang Bisa Jadi Komoditas Ekspor Unggulan

Balibangtan melalui Balitbu Tropika terus berupaya menghasilkan inovasi teknologi dan varietas unggul, salah satunya melalui convensional breeding, yang telah menghasilkan varietas pisang INA 03 tahan penyakit layu fusarium.

Pisang Mas Kirana. (Foto: Humas Hortikultura)

Jakarta, Jurnas.com - Indonesia memiliki ratusan jenis pisang yang tumbuh dari Sabang sampai Merauke. Sayangnnya potensi pisang yang besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan ekonomi dalam negeri

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Fadjry Djufry mengatakan jenis pisang yang di Indonesia sangat variatif misalnya, pisang cavendish, barangan, pisang tanduk, raja emas, kepok tanjung dan lain-lain. Masing-masing wilayah Indonesia memiliki karakteristik pisang berbeda-beda.

"Pisang bisa menjadi komoditi ekspor unggulan karena tiap tahun trennya semakin meningkat. Permintaanya pasarnya tidak hanya di Asia, termasuk di Jepang dan negara lain," kata Fadjry saat membuka Bincang Buah Tropika Online #Seri Pisang yang digelar Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Rabu (28/4).

Untuk mendukung pengembangan pisang di Indonesia, kata Fadjry, Balibangtan melalui Balitbu Tropika terus berupaya menghasilkan inovasi teknologi dan varietas unggul, salah satunya melalui convensional breeding, yang telah menghasilkan varietas pisang INA 03 tahan penyakit layu fusarium.

Selain itu, Balitbangtan juga mendukung program Kementerian Pertanian (Kementan) dalam pembangunan kawasan hortikultura seperti kampung pisang untuk pengembangan pisang dari hulu ke hilir termasuk industri pengolahan pisang. "Produk turunan pisang masih banyak yang belum kita eksplor agar memberi nilai tambah," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo meminta adanya kawasan buah yang bernilai ekonomi tinggi. "Kita dorong adanya kerjasama antara Kementan, Pemerintah Daerah dan Perbankan, kedepan dapat dibentuk kampung manggis, kampung durian dan sentra buah lainnya," ujarnya

Pada kesempatan tersebut, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menyampaikan arah kebijakan Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu meningkatkan daya saing hortikultura melalui peningkatan produksi, peningkatan akses pasar dan ekspor didukung oleh sistem budidaya modern yang ramah lingkungan berkelanjutan serta peningkatan nilai tambah produk untuk peningkatan kesejahteraan petani.

Untuk mengimplementasikan arah kebijakan tersebut, terangnya, ada tiga Strategi Pengembangan Hortikultura 2021-2024 yaitu pengembangan kampung hortikultura, penumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hortikultura, serta memperkuat digitalisasi pertanian melalui pengembangan sistem informasi.

"Kampung buah adalah pengembangan komoditas buah-buah dalam wilayah administrasi terfokus dalam 1 desa. Luasannya minimal 10 hektare per desa. Buah yang kita kembangkan adalah buah yang cocok yang sesuai dengan agroekosistem di desa tersebut," terangnya.

Menurut Liferdi, pihaknya akan mengalokasikan anggaran pembiayaan apabila masyarakat betul-betul serius dan antusias untuk melaksanakan kampung buah tersebut. Selain itu harus ada dukungan dan komitmen tinggi dari pemerintah daerah setempat.

Pada 2021, kampung pisang akan dikembangkan di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tenggara, Lampung Barat, Cianjur dan Bogor, Grobogan, dan Blitar dengan luas keseluruhan 280 hektare. Selanjutnya pengembangan kawasan pisang sebagai pendukung pengembangan pangan lokal di Minahasa, Bantaeng, Mamuju Tengah, Halmahera Timur, serta Pulang Pisau dan Kapuas.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiarto mengatakan produksi pisang di Indonesia pada 2020 sebesar 8.182.756 ton, meningkat 12,4 persen dari tahun sebelumnya.

Pisang merupakan komoditas unggulan ekspor Indonesia yang selalu didorong dalam kerjasama internasional. Potensi tujuan ekspor pisang Indonesia adalah Jepang, Timur Tengah, Malaysia, Korea, Belanda, China, Australia, dan China. Adapun nilai ekpor pisang dalam negeri terbesar ke Jepang yaitu 1,348 juta USD tahun 2020. Namun share Indonesia di pasar Jepang hanya 0,16%.

"Kami mohon penelitian terkait permasalahan kenapa kita tidak mampu bersaing ke Jepang. Selain harga juga karena faktor lalat buah. Ini menjadi kendala dalam mengekspor pisang, padahal Jepang pasarnya sangat bagus," terangnya.

Bambang berharap pengembangan 71 kawasan hortikultura pisang seluas 1.300 hektare diarahkan untuk tujuan ekspor. Pengembangan kawasan pisang tersebut harus didorong untuk menggunakan pestisida hayati agar bisa dikendalikan sejak awal sehingga tidak ada bahan kimia pada pisang dan bebas dari lalat buah.

Ia mengatakan, pihaknya juga mendorong pengembangan pisang-pisang khusus misalnya pisang raja, barangan, raja bulu, pisang mas kirana, dan lain-lain.

Menurut Bambang, salah satu kendala mengapa pisang barangan tidak bisa masuk pasar internasional karena ada bintik-bintik sehingga kurang disukai, padahal rasanya sangat enak. Untuk itu, ia berharap Balitbu Tropika melakukan penelitian untuk menghilangkan bintik-bintik pada pisang barangan.

Webinar ini juga menghadirkan Luthfiany Azwawie, Head of Product Management and Marketing, PT Sewu Segar Nusantara (PT SSN) yang memaparkan prospek pemasaran pisang untuk pasar modern dan tradisional. PT SSN merupakan perusahaan distribusi dan pemasaran buah-buahan segar di Indonesia dengan merek SUNPRIDE.

Kepala Balitbu Tropika, Ellina Mansyah mengatakan Bincang Buah Tropika Online ini merupakan sesi terakhir yang membahas permasalahan pisang. Kegiatan ini tercatat sebagai salah satu agenda untuk partisipasi Indonesia dalam memeriahkan Tahun Buah dan Sayur Internasional 2021.

KEYWORD :

Ekspor Pisang Balitbangtan Fadjry Djufry




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :