Jum'at, 19/04/2024 20:33 WIB

Bayu Krisnamurthi: Bungaran Saragih Sudah Bahas Food Estate 10 Tahun Lalu

Pemikiran-pemikiran Bungaran sangat relevan dengan pembangunan pertanian nasional saat ini dan di masa yang akan mendatang dalam suatu sistem argibisnis dengan perang aktif stakeholder

Kawasan food estate di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Humas Kementan)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian mengapresiasi semangat Bungaran Saragih yang tiada henti mendorong dan memberikan kritikan konstruktif agar usaha agribisnis sektor pertanian Indonesia menjadi lebih baik.

Apresiasi itu disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agriibisnis, Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud pada acara Beda Buku Suara Agribisni Kumpuluang Pemikiran Bungaran Sarangih, Senin (19/4).

"Terima kasih, Pak. Selamat ulang tahun dan sukses selalu. Kami akan selalu membutuhkan arahan Bapak maupun pendapat Bapak yang terbaik untuk usahan agribisinis di negara kita," ujarnnya.

Menurut Musdhalifah pemikiran-pemikiran Bungaran sangat relevan dengan pembangunan pertanian nasional saat ini dan di masa yang akan mendatang dalam suatu sistem argibisnis dengan perang aktif stakeholder

Dalam agenda pembangunan nasional 2020-2024, beber Musdhalifah, pangan dan agribisnis menjadi motor penggerak utama perekonomian nasisonal untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

"Kami bisa tunjukan betapa sangat beratinya peran aktifnya agribisnis di negara kita karena di masa pandemi 2020 di tengah sektor sektor lainnya berkontraksi nwgatif, sektor pangan dan pertanian tetap berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional kita," jelasnya.

Pada acara yang sama, Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia, Bayu Krisnamurthi menyatakan setuju jika ketiga buku Bungaran tersebut (Suara Agribisni, Red) sebagai catatan sejarah.

"Food estate misalnya, Pak Bungaran sudah ngomong di bukunya 10 tahun yang lalu. Soal impor beras, Pak Bungaran dalam tiga buku itu kira-kira ada 16 atau 17 tulisan dan itu sudah merentang sejak tahun 2000. Karena itu, saya sangat setuju tiga buku ini adalah sebuah cacatan sejarah," ujar Bayu.

Permasalahan yang berulang dan tampak juga tidak selesai, seperti persolan beras, sawit, gula atau ayam pedaging, kata Bayu, dalam ketiga buku Pak Bungaran sudah memberikan indikasi jelas dengan alasannya.

Pertama, karena cara pandang, cara pikir dan cara tindak sesuai paradigma usaha dan agribisnis itu belum dipahami dan dilakukan, pendekatan parsial masih sangat menonjol dan logika bisnis masih sering diabaikan.

Kedua, ternyata pembagunan sistem dan usaha agribisni membutuhkan waktu dan proses. Untuk itu butuh konsistensi dalam waktu cukup. Ketiga, pengetahuan dan pemahaman agribisnis itu belum bekembang secepat permbangan situasi dan kondisis rilnya.

Menurut Bayu masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tuntas, bagaiman kaitan agribisnis dengan global supply chain, bagaimana agribisni menghadapi situasi perang dagang dan pudarnya multilateralisme, bagaimana agribisnis menjawab sustainable development goals.

"Poin yang ingin saya sampaikan, pondasinya sudah diletakan oleh Pak Bungaran dan tampaknya murid-murid beliau seperti saya yang mungkin lalai dan kurang untuk mengembangkan pemikiran itu sehingga kemudian bisa mengaitkan dengan berbagai isu yang lebih aktual," ujarnya.

KEYWORD :

Bungaran Sarangih Usaha Agribisnis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :