Kamis, 25/04/2024 23:48 WIB

Dokter Ahli Patahkan Pembelaan Pembunuh George Floyd

George Floyd meninggal karena kekurangan oksigen saat ditangkap, bukan karena zat fentanyl.

Warga New York memprotes kematian George Floyd di Washington Square Park di New York City, Amerika Serikat pada 6 Juni 2020 (Foto: Tayfun CoÅŸkun / Anadolu Agency)

New York, Jurnas.com - Pria berkulit hitam Amerika Serikat (AS) George Floyd meninggal karena kekurangan oksigen saat ditangkap, bukan karena zat fentanyl.

Demikian keterangan dokter ahli Martin Tobin dalam persidangan yang menghadirkan terdakwa Derek Chauvin, mantan polisi di Minneapolis. Tobin menegaskan fentanyl tidak menyebabkan kematian Floyd.

Sebelumnya Chauvin berusaha mengelak bahwa dia meringkus Floyd dengan cara yang diajarkan dalam pelatihannya. Karena itu dia menduga Floyd tewas karena obat-obatan.

Pembelaan Chauvin diperkuat dengan adanya laporan toksikologi yang dirilis Juni lalu, bahwa Floyd memiliki kecanduan fentanil penghilang rasa sakit dan obat metamfetamin.

Namun Tobin mengungkapkan bahwa pernapasan Floyd tidak cukup melambat, sehingga obat penghilang rasa sakit menjadi faktor penyebab hilangnya oksigen secara total.

Ahli toksikologi forensik Daniel Isenschmid sebelumnya menguji sampel darah dan urin Floyd setelah kematiannya, mengatakan ada bukti bahwa beberapa fentanil telah bermetabolisme, yang berarti kemungkinan overdosis lebih kecil.

Pembela juga menanyai ahli bedah polisi Kentucky, Bill Smock, seorang ahli dalam pengobatan darurat forensik.

Dr Smock mengatakan, meski overdosis fentanil dapat memperlambat pernapasan, dia mengatakan orang yang overdosis tidak menyadari bahwa mereka kekurangan oksigen dan sering terlihat mengantuk. Sebaliknya, dia mengatakan Floyd tampak waspada.

"(Floyd) menggunakan sumber dayanya dan benar-benar mencoba bernapas dengan jari-jari dan buku jarinya di jalan untuk mencoba mendongkrak dadanya, mencoba memasukkan udara ke paru-paru kanannya," terang Tobin.

"Anda bisa melihat dia sadar, Anda bisa melihat sedikit kedipan dan kemudian menghilang. Satu detik dia hidup, satu detik dia tidak lagi," sambung dia.

Tobin menyebut Floyd menunjukkan tanda-tanda cedera otak sekitar empat menit sebelum Chauvin melepaskan lututnya dari lehernya. Dia mengatakan bahwa orang sehat yang mengalami ini pasti akan mati.

"Tidak ada satu ons oksigen pun yang tersisa di tubuhnya. Lutut tetap di leher selama tiga menit dan 27 detik setelah dia menghembuskan napas terakhir," kata Tobin.

KEYWORD :

George Floyd Warga AS Kulit Hitam Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :