Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan di belakang barikade selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar pada 27 Februari 2021. [Stringer - Anadolu Agency]
Yangoon, Jurnas.com - Amerika Serikat (AS) pada Senin menangguhkan semua hubungan perdagangan dengan Myanmar setelah aksi kekerasan oleh militer terhadap demonstran pro-demokrasi yang mencapai puncaknya yang paling berdarah selama akhir pekan kemarin.
Perwakilan Dagang AS Katherine Tai mengatakan keputusan untuk menghentikan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi 2013 akan berlaku segera, dan akan tetap berlaku "sampai kembalinya pemerintah yang terpilih secara demokratis."
"Amerika Serikat mendukung rakyat Burma dalam upaya mereka untuk memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis, yang telah menjadi dasar dari pertumbuhan dan reformasi ekonomi Burma," kata Tai dalam sebuah pernyataan.
Pembunuhan demonstran damai, pelajar, pekerja, pemimpin buruh, petugas medis, dan anak-anak telah mengejutkan hati nurani komunitas internasional. Tindakan ini merupakan serangan langsung terhadap transisi negara menuju demokrasi dan upaya rakyat Burma untuk mencapai perdamaian,” tambah dia.
Setidaknya 141 orang, termasuk anak-anak, ditembak mati oleh rezim militer yang berkuasa di Myanmar pada Sabtu kemarin dalam protes pro-demokrasi yang meletus setelah perebutan kekuasaan 1 Februari oleh militer.
Menangi Pilpres Turki, Fahri Hamzah Ingin Presiden Indonesia Terpilih di 2024 Mirip Erdogan
Sebanyak 459 orang tewas di tengah upaya junta untuk memadamkan demonstrasi, menurut Kelompok Hak Asasi Manusia untuk Tahanan Politik.
Bulan lalu, militer Myanmar menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi setelah partainya meraih kemenangan besar dalam pemilihan nasional pada November lalu.
MER-C: Hari Nakba Harus Jadi Jadi Libur Nasional
Menanggapi kudeta tersebut, kelompok sipil di seluruh negeri meluncurkan kampanye oposisi sipil yang mencakup demonstrasi massa dan aksi mogok.(Anadolu Agency)
KEYWORD :Amerika Serikat Myanmar Dagang