Sabtu, 20/04/2024 15:01 WIB

Geluti Kopi Cibunar, Pemuda Kuningan Jadi Calon Duta Petani Milenial Kementan

Adit diverifikasi dan divalidasi DPM dan duta petani Andalan (DPA) yang dilakukan Pusat Pelatihan Manajamen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor.

Salah seorang calon Duta Petani Milenial adalah pemuda asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang menggeluti Kopi Cibunar.

Bogor, Jurnas.com - Percepatan regenerasi petani kian intensif dilakukan Kementerian Pertanian. Melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan akan menetapkan 1000 Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) di tahun 2021. Salah seorang calon Duta Petani Milenial adalah pemuda asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang menggeluti Kopi Cibunar.

Duta Petani Milenial akan menjadi ikon dan daya tarik bagi genetasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian.

Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan jika Indonesia memerlukan regenerasi petani untuk mendukung pembangunan pertanian nasional, terutama mengubah manajemen usaha pertanian.

"Petani butuh regenerasi dan transfer teknologi. Transformasi mau tidak mau akan mengubah cara kita menjalani manajemen usaha pertanian, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas,” ujar Mentan Syahrul.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menambahkan, DPM dan DPA diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam gerakan pembaharuan pembangunan pertanian. "Dengan menggandeng generasi muda untuk mengembangkan dunia pertanian," kata Dedi.

Semangat ini yang diperlihatkan Adit Setia, pemuda berusia 23 tahun asal Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Ketekunannya mengangkat kopi Cibunar, mengantarnya menjadi calon Duta Petani Milenial (DPM) Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2021.

Adit diverifikasi dan divalidasi DPM dan duta petani Andalan (DPA) yang dilakukan Pusat Pelatihan Manajamen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor.

Menurutnya, DPM merupakan bukti perhatian pemerintah pada petani seperti dirinya sehingga  Ia lebih bergairah menjalankan usaha taninya.

“Dengan adanya DPM dan DPA saya merasa diperhatikan sebagai petani. Mudah – mudahan bisa lebih meningkatkan usaha tani saya, dan kelompok," ucap Adit, Senin (22/3).

Keterlibatannya menggeluti tanaman kopi berawal dari keprihatinannya melihat potensi kopi yang dibudidayakan petani di lereng gunung Ciremai tidak optimal dalam pengembangannya.

“Dulu petani itu ga tau jenis – jenis kopi.  Mereka  taunya kopi di Cibunar itu sama saja. Menanamnya juga dalam satu hamparan bermacam macam. Makanya dijual ketengkulak dihargai murah. Sekilonya hanya18 sampai 20 ribu," ujarnya.

Dengan semangat mudanya, Adit mencari informasi mengenai kopi dengan mendatangi Dinas Pertanian.

Dinas kemudian mengajaknya mengikuti berbagai acara seperti seminar soal kopi dan mengunjungi kafe – kafe kopi di Bandung. Secara mandiri Iapun terus berselancar menggali ilmu tentang kopi di internet.

Tak ketinggalan kedai – kedai kopi di wilayah Kuningan pun dibidiknya sebagai jalan untuk menambah wawasan tentang kopi baik dari pemilik kedai maupun baristanya tentang meracik kopi agar enak dan berharga mahal.

“Dengan Ilmu – ilmu itu saya mulai mengedukasi orangtua saya dan petani - petani kopi Cibunar. Saya menyampaikan  jenis - jenis kopi yang ada di Cibunar seperti jenis kopi arabika maupun robusta dan cara membedakannya," ungkap sulung tiga bersaudara ini.

Setelah puluhan tahun bertani kopi, baru tahun 2017 para petani di di kawasan tersebut mulai tahu jenis kopi, cara menanam single varietas dan cara panen yang benar.

Meski menurutnya jalan yang harus ditempuh untuk mengangkat kopi Cibunar masihlah panjang, namun  lulusan SMA tahun 2015 ini sudah boleh berlega hati.

Pasalnya petani kopi Cibunar mulai menyadari bahwa biji kopi yang mereka panen memiliki nilai jual tinggi dengan langsung menjual tanpa perantara tengkulak.

Harga kopi Cibunar pun merangkak naik. Untuk biji kopi robusta petik merah, saat ini petani menjualnya Rp 40 ribu perkilogram  dan roastbean Rp. 135 ribu perkilogram.

Sedangkan untuk biji kopi arabica yang sudah melalui proses full wash dijual seharga Rp 95 ribu perkilogramnya dan roastbean Rp. 200 ribu perkilogram.

Dari 30.000 pohon kopi yang Ia kelola bersama kelompoknya yang beranggota 32 orang, dihasilkan greenbean, roastbean dan bubuk yang juga Ia pasarkan secara langsung ke kedai – kedai kopi dan melalui social media dan marketplace dengan brand Sasadulur Kopi.

KEYWORD :

Kopi Cibunar Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi Duta Petani Milenial




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :