Sabtu, 20/04/2024 03:43 WIB

Kampus Uni Eropa-RI Kolaborasi Implementasi Kampus Merdeka

Sebanyak tujuh perguruan tinggi nasional dan tiga perguruan tinggi Uni Eropa membentuk konsorsium Indonesia Higher Education Leader (iHiLead), untuk mendukung implementasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Sebanyak tujuh perguruan tinggi nasional dan tiga perguruan tinggi Uni Eropa membentuk konsorsium Indonesia Higher Education Leader (iHiLead), untuk mendukung implementasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

iHiLead adalah sebuah konsorsium yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia melalui reformasi kepemimpinan di lingkungan perguruan tinggi. Sasaran akhir dari konsorsium ini adalah agar lulusan perguruan tinggi semakin mampu menjawab kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Konsorsium ini berada di bawah supervisi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud dan melibatkan tujuh perguruan tinggi dari Indonesia dan tiga perguruan tinggi asing dari Uni Eropa.

Tujuh perguruan tinggi Indonesia tersebut adalah President University, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Islam Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Semarang, Universitas Padjajaran dan STIE Malangkucecwara.

Sementara, tiga perguruan tinggi asing terdiri dari University of Gloucestershire, International School for Business and Social Studies (ISBSS) dari Slovenia, dan University of Granada dari Spanyol.

Dalam pelaksanaannya, konsorsium iHiLead mendapat dukungan dari Education, Audiovisual and Culture Executive Agency (EACEA), sebuah badan di bawah Eramus+ dari Uni Eropa. Erasmus+ adalah sebuah komisi di Uni Eropa yang mendukung berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan, pelatihan, kepemudaan dan olahraga di berbagai negara di dunia.

Selama masa pandemi Covid-19, Kick Off Meeting iHiLead dilangsungkan secara virtual pada Selasa (2/3) malam yang dihadiri Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia H.E. Vincent Piket dan David Dawson, Director Master of Arts Higher Education Leadership and Management dari University of Gloucestershire (UoG), United Kingdom. Acara kick off meeting juga dihadiri sejumlah partisipan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam menjelaskan bahwa Kemdikbud terus berupaya untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi agar selaras dengan kebutuhan industri. Salah satunya melalui program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).

Melalui program ini kampus perlu memberikan kemerdekaan bagi mahasiswanya untuk mengikuti program magang di perusahaan-perusahaan. Kampus Merdeka memiliki 9 kegiatan seperti pertukaran mahasiswa, magang, mengajar di sekolah, penelitian, membangun desa, studi/proyek mandiri, kewirausahaan mahasiswa, proyek kemanusiaan dan military service/komp cadangan.

"Dengan adanya program ini kelak begitu lulus mahasiswa langsung siap kerja, bukan lagi siap latih. Program ini diharapkan mampu meningkatkan serapan lulusan perguruan tinggi di pasar tenaga kerja," tutur Nizam.

Menurut Nizam, selama ini banyak keluhan dari kalangan dunia usaha mengenai kualitas lulusan perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Selain itu, masih banyak materi kuliah yang diajarkan di kampus tidak sejalan lagi dengan kebutuhan DUDI.

Untuk itu, Nizam meminta perguruan-perguruan tinggi di Indonesia untuk merombak sistem pendidikannya dari pola Industri 3.0 ke pola Industri 4.0, atau bahkan industri 5.0.

"Saat ini dunia berubah dengan begitu cepat dan kian penuh dengan ketidakpastian. Sekarang ini perubahan tidak lagi terjadi secara linier, tetapi semakin kompleks. Maka, perguruan tinggi di Indonesia harus mulai meninggalkan kompetensi-kompetensi lama yang sudah tidak dibutuhkan lagi, karena semakin banyak pekerjaan yang hilang atau digantikan oleh mesin. Perguruan tinggi Indonesia harus semakin adaptif dan berani mendisrupsi dirinya sendiri," tegas Nizam.

Nizam menyambut baik upaya dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh konsorsium iHiLead dalam meningkatkan kapasitas pemimpin dan kepemimpinan perguruan tinggi di Indonesia.

"Apalagi sasaran akhir dari upaya ini adalah untuk meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi di Indonesia, sehingga selaras dengan kebutuhan DUDI. Apa yang digagas konsorium iHiLead juga selaras dengan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang dilakukan Kemendikbud," ujar dia.

Nizam juga senang dengan rencana konsorsium iHiLead bahwa setelah proyek tersebut berhasil diterapkan pada tujuh perguruan tinggi nasional yang menjadi anggota konsorsium, rencananya model serupa akan disebarluaskan ke berbagai perguruan tinggi seluruh di Indonesia.

"Indonesia itu sangat luas dan beragam. Perguruan tinggi yang ada jumlahnya juga sangat banyak. Sebagian dari mereka tentu mengembangkan sistem pendidikannya agar selaras dengan kebutuhan setempat. Meski begitu semua perguruan tinggi punya harapan yang sama, yakni menghasilkan lulusan yang berkualitas," tutup Nizam.

Sementara itu Vincent Piket gembira Uni Eropa melalui salah satu komisinya, yakni Eramus+, dapat ikut berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

David Dawson dari UoG yang juga menjadi pemimpin untuk konsorsium menjelaskan bahwa proyek iHiLead ini akan berlangsung selama tiga tahun, yakni sejak 15 Januari 2021 hingga 14 Januari 2024.

Dia melanjutkan, proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pimpinan di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia. Di sini yang dimaksud pimpinan mencakup rektor, wakil rektor, dekan dan kepala program studi, pimpinan akademik lainnya, kalangan manajemen senior, termasuk para pimpinan di bidang nonakademik (tenaga kependidikan).

Merujuk pada definisi pimpinan tersebut, pada tujuh perguruan tinggi yang menjadi anggota konsorsium iHiLead saja setidak-tidaknya ada 1.731 pemimpin dan manajer. Mereka membawahi 7.300 staf dan 189.000 mahasiswa.
 

KEYWORD :

Uni Eropa Kampus Merdeka Kemdikbud Ditjen Dikti Nizam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :