Jum'at, 19/04/2024 04:29 WIB

Buntut Kudeta Militer, Dokter di Myanmar Mogok Kerja

Tenaga kesehatan Myanmar di 70 rumah sakit melakukan mogok kerja pada Rabu (3/2), pasca kudeta militer yang berujung penahanan terhadap pemimpin Aung San Suu Kyi pada Senin (1/2) lalu.

Militer Myanmar memberlakukan darurat nasional (Foto: Guardian)]

Naypyitaw, Jurnas.com - Tenaga kesehatan Myanmar di 70 rumah sakit melakukan mogok kerja pada Rabu (3/2), pasca kudeta militer yang berujung penahanan terhadap pemimpin Aung San Suu Kyi pada Senin (1/2) lalu.

Dalam sebuah pernyataan bersama, dikatakan bahwa tentara telah menempatkan kepentingannya sendiri di atas pandemi Covid-19 yang telah menewaskan lebih dari 3.100 orang di Myanmar, salah satu negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara.

"Kami menolak untuk mematuhi perintah apa pun dari rezim militer tidak sah yang menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati pasien kami yang malang," demikian bunyi surat pernyataan yang dikutip dari Reuters.

Saat ini, empat dokter mengonfirmasi bahwa mereka telah berhenti bekerja, tetapi tidak ingin diidentifikasi.

"Saya ingin tentara kembali ke asrama mereka dan itulah mengapa kami para dokter tidak pergi ke rumah sakit," kata seorang dokter berusia 29 tahun di Yangon.

"Saya tidak memiliki kerangka waktu berapa lama saya akan terus melakukan teguran ini. Itu tergantung situasinya," sambung dia.

Diketahui, kudeta militer menuai kecaman dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, karena para jenderal yang berkuasa menahan Suu Kyi dan puluhan pejabat lainnya.

Untuk memperkuat kekuasaannya, junta meluncurkan dewan pemerintahan baru termasuk delapan jenderal, dan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing.

Kondisi Myanmar dikatakan mirip appartus yang berkuasa di bawah junta sebelumnya yang telah memerintah Myanmar selama hampir setengah abad hingga 2011.

KEYWORD :

Myanmar Kudeta Militer Mogok Kerja Dokter




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :