Jum'at, 19/04/2024 08:35 WIB

Kemendag Fokus Ekspor Barang Industri Berteknologi Tinggi Tahun 2021

Indonesia akan mendapatkan manfaat dari ekspor barang bernilai tambah dan tidak lagi sekadar mengekspor barang mentah dan barang setengah jadi.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi saat memberikan keterangan pers secara virtual di Jakarta, Jumat 15 Januari 2021. (Foto: Biro Humas Kemendag)

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi menyatakan, pihaknya akan terus mendorong transformasi Indonesia menjadi negara penghasil dan pengekspor barang industri dan industri berteknologi tinggi

Dengan transformasi ini, Lutfi berharap, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari ekspor barang bernilai tambah dan tidak lagi sekadar mengekspor barang mentah dan barang setengah jadi.

Lutfi juga berahap target perdagangan 2021, yang ditetapkan dalam rencana strategis Kemendag, yaitu pertumbuhan ekspor nonmigas 6,3 persen, serta pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) subsektor perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan sepeda motor sebesar 4,8 persen tercapai.

"Sepuluh produk utama ekspor nonmigas Indonesia berkontribusi sebesar 59,8 persen terhadap kinerja ekspor nonmigas pada 2020. Tiga produk di antanya bertransformasi menjadi barang industri dan industri berteknologi tinggi, yaitu besi baja, kendaraan bermotor dan suku cadangnya, dan perhiasan," kata Lutfi dalam Konferensi Pers Trade Outlook 2021 secara virtual, Jumat (29/1)

Untuk besi dan baja, lanjut Lutfi, Indonesia merupakan negara penghasil komoditas tersebut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Bahkan, lebih dari 70 persen besi baja Indonesia diekspor ke Tiongkok.

Pada 2020, kata Lutfi, komoditas besi baja menempati urutan ke-3 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 7 persen atau senilai USD 10,85 miliar. Pertumbuhan ekspor besi baja juga cukup signifikan mencapai 46,84 persen (YoY).

"Capaian ini cukup membanggakan mengingat sebelumnya Indonesia merupakan negara pengimpor besi dan baja," kata Lutfi.

Sementara itu, produk kendaraan bermotor dan suku cadangnya pada 2020 menempati urutan ke-6 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 4,3 persen atau senilai USD 6,6 miliar.

"Walaupun terjadi penurunan pada sektor otomotif akibat kondisi perekonomian global yang tengah lesu terimbas dampak COVID-19, potensi ekspor kendaraan bermotor dan suku cadangnya masih sangat besar," kata Lutfi.

Selain itu, komoditas perhiasan juga menjadi andalan ekspor Indonesia. Pada 2020 komoditas ini menempati urutan ke-5 pada ekspor nonmigas Indonesia dengan kontribusi sebesar 5,3 persen dengan nilai USD 8,2 miliar.

Saat ini, hampir 80 persen produk perhiasan diekspor ke Singapura, Swiss, dan Jepang. Pertumbuhan ekspornya juga positif, yakni mencapai 24,21 persen (YoY).

"Perhiasan menjadi sektor penting karena merupakan sektor padat karya yang melibatkan banyak pengrajin dan usaha kecil menengah (UKM). Ekspor perhiasan yang maju menunjukkan besarnya kreativitas pengrajin Indonesia, termasuk juga dalam hal pemasarannya," jelas Lutfi.

Lutfi juga menekankan, untuk mengoptimalkan transformasi menuju negara penghasil dan pengekspor barang industri dan industri berteknologi tinggi, perlu didukung melalui perjanjian perdagangan internasional.

Dia mengatakan, perjanjian perdagangan sangat penting karena untuk mengekspor produk lebih banyak, perlu membuka pasar yang lebih luas. "Saat ini merupakan era kolaborasi, bukan lagi era persaingan. Untuk memajukan ekspor di era ini, kita harus membuka pasar Indonesia juga," ujarnya.

"Untuk itu, diperlukan kesiapan ekspor yang optimal agar kita mampu berkolaborasi dengan berbagai negara melalui perjanjian dagang yang sudah ada untuk saling membuka pasar, sekaligus berupaya meningkatkan nilai tambah masing-masing produk yang diekspor," sambungnya.

Selain itu, peluang peningkatan ekspor ke negara-negara nontradisional juga terus digali. Ini sebagai langkah antisipatif menghadapi kondisi perekonomian di negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia yang tertekan akibat pandemi Covid-19.

Ekspor Indonesia pada 2020 ke sejumlah kawasan nontradisional tumbuh cukup tinggi di tengah tekanan pertumbuhan ekonomi global, yaitu ke Eropa Barat (meningkat 17,07 persen), Australia (14,52 persen), dan Eropa Timur (99,9 persen).

"Dengan terjalinnya perdagangan yang lebih luas, diharapkan menjadi pemantik datangnya investasi yangmendorong industrialisasi. Dengan demikian, kolaborasi yang menghasilakn barang bernilai tambah dapat terwujud," ujar Lutfi.

KEYWORD :

Muhammad Lutfi Ekspor Barang Industri Industri Berteknologi Tinggi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :