Jum'at, 26/04/2024 00:55 WIB

Wamendag: Uni Eropa Takut Bersaing dengan Sawit Indonesia

Jerry Sambuaga menanggapi munculnya gerakan Uniterre di Swiss, yang melakukan kampanye resmi untuk menolak kelapa sawit.

Kelapa sawit (Foto: Tribunnews)

Jakarta, Jurnas.com - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menanggapi munculnya gerakan Uniterre di Swiss, yang melakukan kampanye resmi untuk menolak kelapa sawit.

Tidak hanya di Swiss, gerakan anti kelapa sawit juga mengemuka selama beberapa tahun terakhir di Uni Eropa, yang dipelopori oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat.

Akibatnya, kata Wamendag, kelapa sawit Indonesia mendapatkan diskriminasi di pasar Eropa, salah satunya menyangkut produk turunan kelapa sawit, yaitu biodesel.

Karenanya, Indonesia telah mengajukan gugatan diskriminasi tersebut kepada Lembaga Perdagangan Dunia (WTO). Gugatan tersebut kini sudah masuk dalam tahap pembentukan panel.

Wamendag Jerry Sambuaga yang menjadi pimpinan delegasi dalam sidang gugatan diskriminasi kelapa sawit di WTO menilai, berbagai kampanye dan pelarangan yang terjadi merupakan refleksi persaingan dagang dan tidak berpijak pada fakta yang sebenarnya.

"Ini refleksi ketakutan mereka terhadap tingginya daya saing kelapa sawit Indonesia. Jika bersaing secara sehat, kelapa sawit Indonesia jauh lebih murah dan lebih kompetitif daripada minyak nabati mereka yang berbahan rapeseed dan sejenisnya," kata Jerry dalam keterangannya pada Selasa (19/1).

Adapun mengenai berbagai tuduhan yang dialamatkan kepada kelapa sawit Indonesia, Jerry juga menilai tidak beralasan dan tidak berdasar pada fakta yang sebenarnya.

"Kita sudah membuktikannya di sidang WTO. Mereka kesulitan bahkan tidak bisa menjawab ketika kita tanyakan aspek-aspek yang menjadi alasan mereka melarang produk kelapa sawit Indonesia. Ini membuktikan bahwa alasan sebenarnya dari hal ini adalah karena ketakutan untuk bersaing secara terbuka dengan sawit," tegas dia.

Jerry menekankan bahwa industri kelapa sawit Indonesia terus berproses menuju kondisi yang lebih baik dalam aspek lingkungan, sosiologis, dan kesehatan.

Di antaranya Indonesia berkomitmen untuk menjaga lebih dari 50 persen hutannya agar tetap lestari. Angka ini jauh lebih besar daripada komitmen negara-negara Uni Eropa yang saat ini hanya memiliki hutan sebesar belasan persen dari wilayahnya. Sebagian negara bahkan tutupan hutannya tidak sampai 10 persen.

Wamendag menyebut kampanye berbagai LSM anti kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa dilakukan secara sistematis. Oleh karena itu, Indonesia harus melakukan kontra kampanye agar wacana mengenai kelapa sawit ini berjalan berimbang dan mencerminkan kompetisi wacana yang adil.

Menurutnya, Indonesia dan negara-negara Uni Eropa selama ini sama-sama mengemukakan wacana perdagangan bebas yang adil dan inklusif. Wamendag menyayangkan jika kampanye anti kelapa sawit diluncurkan sebagai cerminan dari pelanggaran atas perdagangan terbuka yang adil tersebut.

Wamendag mengatakan saat ini ia bersama timnya di Kementerian Perdagangan beserta stakeholder di industri kelapa sawit sedang mempersiapkan kampanye positif kelapa sawit. Diharapkan Tim Kampanye Positif Kelapa Sawit ini bisa memberikan pandangan dan wawasan yang sebenarnya mengenai kepala sawit kepada masyarakat baik di dalam maupun luar negeri.

"Industri kelapa sawit itu penting bagi ekonomi Indonesia. Jangan sampai kampanye negatif dan tidak adil mengancam kedaulatan dan kepentingan ekonomi Indonesia. Kita harus berjuang demi kesejahteraan rakyat secara keseluruhan," tutup Jerry.

KEYWORD :

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga Kelapa Sawit Uni Eropa




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :