Selasa, 23/04/2024 16:23 WIB

Nilai Ekspor Sarang Walet Meleijit Lima Tahun Terakhir

SBW dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut, dan sungai sebagai penghasil pakan walet alami.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, saat memberikan arahan pada Rapat Kerja Nasional Barantan di Bogor, Selasa 12 Januari 2021. (Foto: Barantan/jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menyebutkan tren ekspor Sarang Burung Walet (SBW) menunjukan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir.

Rumah dari burung walet atau Collocalia sp. ini dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan banyak dihasilkan di Pulau Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi.

"Ini adalah anugerah dari Tuhan untuk kita, tanpa perawatan khusus walet memberikan sumbangan devisa negara dan pendapatan bagi petani," kata mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu di Jakarta, Jumat (15/1).

Syahrul mengatakan, momoditas asal subsektor peternakan ini juga mendapat dukungan dari Menteri Perdagangan(Mendag), Muhammad Lutfi saat meluncurkan Platform Dagang Digital Indonesian Store (IDNStore) di Jakarta, Kamis (14/1)

Mendag Lutfi menyebutkan keyakinannya akan tercapainya pertumbuhan yang ditargetkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan komoditas ekspor SBW menjadi andalan, bahkan sebagai "harta karun".

Sebagai informasi, dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan) tercatat, selama masa pandemi, jumlah ekspor SBW sebanyak 1.155 ton dengan nilai Rp28,9 triliun atau meningkat 2,13% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya sebanyak 1.131,2 senilai Rp28,3 triliun saja.

SBW dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut, dan sungai sebagai penghasil pakan walet alami.

Saat ini, SBW yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), untuk produktivitasnya.

Sementara untuk pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan dilakukan oleh Barantan.

Masih menurut Syahrul, melalui Barantan pihaknya telah melakukan pendampingan terhadap 23 eksportir SBW RI sehingga berhasil teregistrasi oleh otoritas karantina pertanian China, GACC (General Administration of Customs of the People`s Republic of China).

Dan tercatat sebanyak 262 ton atau 23% dari total ekspor SBW RI dibeli oleh China. Sebagai pengekspor SBW terbesar di dunia, para pelaku usaha RI banyak menyasar pasar China karena harga jual yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain, yakni antara Rp25 juta hingga Rp40 juta per kilogram.

Namun dengan harga yang lebih tinggi ini, secara khusus China juga mempersyaratkan ketentuan registasi bagi tempat pemrosesan sarang walet di samping pemenuhan persyaratan teknis tentunya.

Sementara itu, diketahui bahwa tempat pemrosesan sarang walet juga memerlukan tenaga kerja yang cukup besar atau padat karya, sehingga mampu memberikan dampak ekonomi berupa peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya.

"Saat ini 13 pelaku usaha tempat pemrosesan sarang burung walet lainnya tengah kita dampingi untuk penetrasi pasar Tiongkok, semoga bisa sama-sama kita dukung agar tahun ini selesai," ujar Syahrul.

Sarang Walet RI Laris di Mancanegara

Kepala Barantan, Ali Jamil yang turut memberikan keterangan menyampaikan bahwa selain Cina, ada 23 negara tujuan ekspor lain bagi SBW RI, antara lain Australia, AS, Kanada, Hong Kong, Singapura, Afrika Selatan dan lainnya.

"Setiap negara tujuan memiliki protokol ekspor masing-masing dan kami selaku otoritas karantina mengawal persyaratan teknisnya," kata Jamil.

Jamil juga menyebut pihaknya telah memiliki laboratorium pengujian yang telah diakui oleh negara mitra dagang. Selain percepatan layanan, pihaknya juga juga terus melakukan inovasi teknologi perkarantinaan untuk memfasilitasi pertanian di perdagangan internasional.

Jamil kembali menambahkan, partisipasi dan dukungan dinas pertanian, peternak, dan masyarakat dalam menjaga keberlangsungan komoditas SBW sangat diperlukan.

Salah satunya terhadap ancaman penyakit flu burung atau avian influenza (AI). Kita pernah mengalaminya di tahun 2005 dan diperlukan upaya yang panjang untuk mengendalikannya, tuturnya.

"Bersama kita jaga, laporkan jika melalulintaskan unggas khususnya kepada petugas karantina agar SBW tetap dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional," tukas Jamil.

KEYWORD :

Sarang Burung Walet Syahrul Yasin Limpo Ali Jamil Ekspor SBW




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :