Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi saat konferensi pers Kedatangan Vaksin COVID-19 di Jakarta, Senin 7 Desember 2020. (Foto: Tangkap Layar/ Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi mengatakan, pemerintah terus menempuh jalur diplomasi untuk membuka akses kerja sama dengan berbagai pihak, baik melalui track bilateral maupun multilateral untuk pengadaan vaksin.
"Dari track bilateral, insyaallah besok akan tiba kembali vaksin sinovac sejumlah 1,8 juta. Dengan ketibaan ini, maka sudah 3 juta vaksin sinovac berada di Indonesia," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno dalam jumpa pers di sela kunjungan ke pabrik Bio Farma, Rabu (30/12).
Retno juga menyampaikan, pemerintah juga berhasil mengamankan suplai vaksin selain dari perusahaan sinovac, yaitu Astra Zeneca dan Novavax, masing-masing sebesar 50 juta dosis.
"Penandatanganan pengamanan supply dari Astra Zeneca dan Novavax telah kita lakukan hari ini," ujar Retno.
Dari track multilateral, pemerintah bekerja, berkomunikasi dan berkoordinasi dengan WHO dan GAVI dalam rangka mengamankan akses vaksin melalui mekanisme Advance Market Commitment (COVAX-AMC) dengan range perkiraan perolehan adalah 3-20% jumlah penduduk.
Apresiasi Kemlu dan TNI Atas Evakuasi WNI di Sudan, HNW: Berharap Keselamatan WNI Terjamin
"Dapat saya sampaikan bahwa Indonesia termasuk satu dari sedikit negara yang telah mengamankan vaksin untuk keperluan dalam negeri," ujar Retno.
Namun di saat yang sama, sejalan dengan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara dan sebagai wujud tanggung jawab Indonesia kepada duni, maka pemerintah berkontribusi melalui Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI)untuk pengadaan vaksin dunia.
"Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya memikirkan kebutuhan sendiri namun juga berkontribusi agar negara lain dapat memperoleh akses vaksin setara," kata Retno.
KEYWORD :Retno Marsudi Vaksin Sinovac Bio Farma
