Sabtu, 20/04/2024 08:42 WIB

Catatan Asro

Tukang Listrik Akhiri Rezim Komunis

Catatan Asro Kamal Rokan di Polandia

Penulis Asro Kamal Rokan di depan istana Palac Prezydencki (Foto: AKR)

Catatan Asro Kamal Rokan

MATAHARI cerah, tiupan angin terasa dingin. Di halaman Istana Palac Prezydencki (Pałac Koniecpolskich), berdiri patung berkuda pahlawan Polandia, Jozef Poniatowski (1764-1795). Kaku dan dingin. Saya berdiri di bawahnya, sambil mengenang: Inilah saksi diam -- berakhirnya rezim komunis dan juga bubarnya Pakta Warsawa.

Pałac Prezydencki dibangun pada 1643. Awalnya, istana yang berada di kota tua Warsawa, kawasan Krakowskie Przedmiescie, ini milik pribadi keluarga kerajaan. Pada 1818 jadi milik pemerintah Polandia. Sejak 1994, bangunan artistik ini digunakan sebagai Istana Presiden.

Istana bergaya baroque Genoa, Italia, ini berlantai empat. Memiliki beberapa ruang, di antaranya Ruang Putih, tempat Presiden Polandia menerima Kepala Negara sahabat. Ruang lainnya adalah Sala Kolumnowa yang bersejarah. Inilah aula utama tempat ditandatangani Pakta Warsawa -- aliansi militer Blok Timur melawan Blok Barat, pada 14 Mei 1955.

Ruangan seluas 286 meter persegi dengan lampu gantung 3.600 kristal itu, juga tempat penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan Polandia dan Jerman pada 1970, selain tempat pelantikan dan pemberhentian menteri kabinet Polandia, dan tempat berbagai perayaan.

Berakhirnya Rezim Komunis

Saya berdiri di bawah patung Jozef Poniatowski, mengenang kembali perjuangan Lech Walesa, yang awalnya bekerja sebagai tukang listrik di galangan kapal Gdańsk.

Ketika itu, Polandia menganut sistem komunis. Negara ini tertutup, tanpa kebebasan berpendapat dan berorganisasi. Demokrasi mulai muncul melalui gerakan buruh Solidarnosc (Solidaritas) yang dipimpin Lech Walesa, 17 September 1980.

Keterangan Foto: Sisi lain Kota Warsawa (Foto: AKR)

Walesa beberapa kali dipenjara, dianiaya rezim komunis sejak 1976. Namun ini tidak membuatnya berhenti menyuarakan kebebasan dan hak buruh. Pada 1980, Walesa mengkoordinir mogok buruh besar-besaran, yang tidak pernah terjadi di negara komunis. Akibatnya, pemerintah memberlakukan darurat militer membubarkan Solidaritas.

Gerakan buruh Solidaritas ini militan. Di bawah sistem komunis, hak bersuara disumbat, hak berserikat dilarang, pers dibungkam, mata-mata ada di setiap tempat. Lech Walesa dan Solidaritas tidak kehilangan cara. Mereka mencetak selebaran, yang dibagikan orang per orang, pintu ke pintu dengan sangat rahasia.

Melalui selebaran berantai dan bawah tanah itu, jumlah pengikut Solidaritas mencapai 9,5 juta orang. Akibat selebaran ini, Walesa--yang dilahirkan di Popowo, Polandia, 29 September 1943-- kembali ditangkap.

Setelah keluar penjara pada 1989, Walesa kembali melakukan gerakan perlawanan sipil. Gerakan ini mendapat dukungan internasional, termasuk dari Paus Yohanes Paulus II dan Amerika Serikat. Walesa berhasil. Rezim komunis Polandia akhirnya menyepakati Perjanjian Meja Bundar, yang membuka peluang pemilihan parlemen dan semi-bebas.

Rezim komunis semakin rapuh. Pemilu semi bebas dilaksanakan. Dan, pada Pemilu 1990 itu, Walesa menang dan merupakan presiden pertama Polandia di luar partai komunis. Setelah terpilih, Walesa membuka keran demokrasi dan liberalisasi ekonomi.

Komunis pun runtuh. Tidak saja di Polandia, tapi menyebar ke negara-negara Eropa Timur. Ini menyusul keputusan Wales bergabung dengan aliansi pertahanan Eropa Barat (NATO--North Atlantic Treaty Organization) dan dengan Uni Eropa pada 1991.

Keputusan Walesa bergabung dengan NATO, yang ditandatangani di Istana Pałac Koniecpolskich, itu sekaligus mengakhiri Pakta Warsawa, aliansi negara-negara komunis Eropa yang dipimpin Uni Soviet. Pałac Koniecpolskich menjadi saksi bisu, dibuat dan berakhirnya Pakta Warsawa.

Pakta Warsawa -- beranggotakan Albania, Polandia, Romania, Hongaria, Jerman Timur, Cekoslovakia, dan Bulgaria -- ditandatangani di Istana Pałac Koniecpolskich pada 14 Mei 1955. Aliansi militer ini untuk mengimbangi NATO yang didirikan di Washington, 4 April 1949. NATO beranggotakan Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Belgia, Inggris, Denmark, Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, dan Norwegia.

Menyusul kemenangan Walesa dan bubarnya Pakta Warsawa, satu demi satu rezim pemerintahan komunis tumbang. Jerman Timur bubar, bergabung dengan Jerman Barat.

Negara-negara komunis lainnya, juga berantakan. Cekoslovakia, terbelah jadi Ceko dan Slovakia. Yugoslavia pecah dengan terbentuknya Slovenia, Kroasia, Makedonia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Serbia, dan Kosovo. Bahkan, Uni Soviet juga bubar, terbelah menjadi banyak negara, pada 1991.

Sejak itu pula, Perang Dingin Blok Barat dan Timur berakhir. Amerika Serikat-lah pemenangnya.

Nasib Walesa

Selama masa kepemimpinannya, pelan-pelan populeritas Walesa turun. Dia dianggap sukses sebagai pemimpin buruh, tapi tidak sebagai presiden. Walesa dinilai tidak memiliki kompetensi memadai sebagai presiden di saat masa transisi tersebut.

Pada pemilihan 1995, Wałęsa kalah. Dia mengumumkan akan kembali bekerja sebagai tukang listrik di Galangan Kapal Gdańsk. Tapi, tak lama dia berubah pikiran. Walesa kemudian mendirikan partai baru, Christian Democracy, untuk membantunya kembali ke panggung politik. Partai ini tidak juga mampu mendongkrak populeritasnya.

Nech Walesa (Foto: Reuters)

Pemilu 2000 itu, Walesa gagal. Dia hanya mampu meraih 1,01 persen suara -- pukulan yang sangat menyakitkan. Peraih Hadiah Nobel Perdamaian (1983) dan 50 penghargaan lain dari berbagai negara dan institusi internasional itu, akhirnya menyatakan mundur dari politik.

Warsawa yang Indah

KOTA Warsawa berjalan dalam sejarah panjang dan kelam. Ibu kota Polandia ini, berkali-kali mengalami kehancuran, di antaranya diserang Jerman dan Uni Soviet. Namun, berakhirnya Perang Dunia ll, Warsawa dibangun kembali sesuai dengan bentuk semula.

Kami berjalan-jalan menyusuri kota tua ini, setelah menghadiri acara kenegaraan dan penandatanganan kesepakatan Presiden Polandia Bronislaw Komorowski dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Pałac Prezydencki, Rabu, 4 September 2013.

Kota ini indah. Bangunan tua dominan berbatu merah, terpelihara dengan baik. Tidak jauh dari Istana Pałac Prezydencki, terbentang alun-alun Rynek Starego Miasta. Ini tempat berkumpulnya pengunjung. Selain cafe-cafe bertebaran, juga tempat seniman berlatih teater dan melakukan atraksi seni.

Di alun-alun ini juga terdapat Kolumna Zygmunta, monumen yang didirikan pada 1644 untuk memperingati Raja Sigismund III, yang memindahkan ibukota Polandia dari Krakow ke Warsawa pada 1596. Monumen ini tinggi 22 meter, di atasnya ada patung Sigismund mengenakan baju besi, membawa salib di tangan kiri dan memegang pedang di tangan kanan.

Keterangan Foto: Seorang musisi perempuan di salah satu keramaian Kota Warsawa (AKR)

Di sisi timur alun-alun, berdiri Kastil Kerajaan yang direkonstruksi setelah kehancuran akibat Perang Dunia II. Kastil ini sebelumnya merupakan kediaman para bangsawan Mazovia dan raja-raja Polandia.

Gedung-gedung tua di kawasan alun-alun ini dominan berwarna batu merah. Kami berjalan-jalan di sekitar ini, memasuki lorong-lorong sempit tempat toko-toko jualan souvenir.

Simbol kota tua ini adalah Syrenska Warszawska, putri duyung Warsawa, yang dapat dilihat di Rynek Starego Miasta. Patung perunggu karya Konstanty Hegel sejak 1855 itu, menggambarkan setengah tubuh wanita, setengahnya lagi ikan duyung. Tangan kanannya mengangkat pedang, tangan kirinya memegang tameng.

Di Warsawa juga ada monumen Frederick Francois Chopin (1810 – 1849), komposer musik klasik dan romantis terkemuka dunia. Monumen perunggu Chopin di taman Laziensky hasil rancangan Waclaw Szymanowski pada 1907. Patung ini sempat dihancurkan Jerman pada 31 Mei 1940 ketika Perang Dunia II.

Menyenangkan berada di Warsawa. Indah da bersejarah.

 

*Penulis cum dewan redaksi jurnas.com

KEYWORD :

Asro Kamal Rokan Rezim Komunis Polandia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :