Sabtu, 20/04/2024 03:05 WIB

Survei Terbaru SMRC: Partisipasi Warga dalam Pilkada Meningkat Saat Pandemi

Sekitar 76% warga yang tinggal di daerah pilkada ikut nyoblos. Lebih tinggi dari Pilkada 5 tahun lalu sebanyak 69%.

Ilustrasi Pilkada 2020

Jakarta, Jurnas.com - Survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan tingkat partisipasi warga dalam pilkada di era pandemi Covid-19 lebih tinggi dari yang diperkirakan.

"Sekitar 76% warga yang tinggal di daerah pilkada ikut memilih pada 9 Desember 2020. Partisipasi ini lebih tinggi dari pilkada tanpa pandemi 5 tahun lalu (69%)," ujar Manajer Program SMRC, Saidiman Ahmad, memaparkan hasil survei nasional SMRC di Jakarta, Kamis (17/12/2020).

Survei nasional SMRC itu dilakukan dengan metode wawancara per telepon terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak (random) pada 9-12 Desember 2020. Margin of error survei diperkirakan +/-2.9%.

Menurut Saidiman, partisipasi yang tinggi dalam pilkada ini konsisten dengan hasil survei sebelumnya yang menunjukkan bahwa publik tetap ingin punya kepala daerah yang mereka pilih secara langsung meski ada Covid-19.

Dalam survei nasional SMRC pada 18-21 November lalu, terungkap bahwa 77% warga merasa khawatir tertular atau menularkan Covid 19 jika pilkada serentak tetap dilaksanakan pada 9 Desember.

Namun survei nasional tersebut juga menunjukkan bahwa jauh lebih banyak warga (64%) yang menginginkan pilkada tetap dilaksanakan agar kepala daerah memiliki mandat dari rakyat daripada yang berharap pilkada ditunda sampai wabah Covid-19 terkendali (28%).

Menurut Saidiman, survei terbaru ini meneguhkan kesimpulan bahwa mayoritas warga menganggap memilih pemimpin yang memperoleh mandat dari rakyat menjadi prioritas, meskipun tetap ada kekhawatiran tentang Covid.

“Survei terbaru ini menunjukkan, di kalangan mereka yang tidak memilih, sekitar 24% menyatakan tidak memilih karena takut tertular atau menularkan virus Corona,” ujar Saidiman.

Ia juga memperkiranan bahwa partisipasi akan lebih besar lagi bila tidak ada ancaman pandemi Covid-19.

Survei SMRC ini juga menunjukkan bahwa di antara yang tidak memilih, sekitar 47% (11% dari populasi pemilih) beralasan sedang di luar kota.

Saidiman memaparkan dua faktor lain yang menyebabkan tingginya tingkat partisipasi warga. Yakni Pertama, mayoitas warga yakin bahwa protokol kesehatan dapat ditegakkan dalam Pilkada. Kedua, mayoritas warga menilai pilkada berlangsung dengan jurdil sehingga suara mereka bermakna.

Survei nasional SMRC ini menunjukkan bahwa 86% warga menilai pilkada berlangsung dengan jurdil. Sekitar 85% warga juga optimistis bahwa pilkada akan melahirkan pemimpin yang membawa perbaikan di daerah.

“Kami duga, keyakinan ini punya sumbangan besar untuk mendorong warga berbondong-bondong datang ke TPS,” ujarnya.

Terungkap pula bahwa tingkat partisiapsi warga desa lebih tinggi daripada warga kota. Di desa, 80% warga mengikuti pilkada, sementara hanya 71% warga perkotaan yang melakukannya.

Bila dilihat tingkat pendidikan, kalangan yang paling rendah tingkat partisipasinya adalah lulusan perguruan tinggi. Hanya sekitar 54% warga berpendidikan tinggi ikut memilih, sementara 88% warga berpendidikan SMP dan 85% warga berpendidikan SMA ikut memilih.

Perbedaan antara kelompok umur tidak terlalu mencolok. Tingkat partisipasi paling rendah ditemukan di kalangan mereka yang berusia di bawah 25 tahun (70%), dan yang tertinggi adalah kelompok usia 41-55 tahun (79%).

Faktor yang mempengaruhi secara signifikan adalah kekhawatiran tertular Covid 19. Partisipasi dalam pilkada di kalangan yang mengaku sangat khawatir tertular Corono hanyalah 66%, sementara partisipasi di kalangan yang kurang/tidak khawatir mencapai 87%.

KEYWORD :

Pilkada Pandemi Covid-19 Pedesaan SMRC




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :