Rabu, 17/04/2024 03:57 WIB

Mentan Syahrul Sebut Pertanian Pilar dan Kekuatan Bangsa Indonesia

Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki peran yang strategis dalam menyediakan pangan 267 juta jiwa rakyat Indonesia.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo bersama para eselon satu menyaksikan langsung sayuran di Green House di Polbangtan Bogor, Senin 14 Desember 2020. (Foto: Kementan/Jurnas.com)

Bogor, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian hari ini dan yang akan datang adalah pilar dan kekuatan bangsa Indonesia.

Hal itu disampaikan saat melaunching Eduwisata Smart Green House di area Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Jawa Barat, Senin (14/12).

Menurut Syahrul, kekuatan negara, daerah bahkan desa sekalipun tergantung dari ketahanan pangannya. Hal itu terbukti saat pandemi virus corona (COVID-19) menghantam hampir seluruh negara di dunia.

"Ini adalah multikrisis yang paling dasyat selama bumi ini ada. Perang dunia pertama dan kedua pun terkahlahkan. Semua tidak bisa berbuat apa-apa selain bertahan agar tidak tumbang sebagai sebuah negara," kata Syahrul menggambarkan pandemi COVID-19.

Meski begitu, sektor pertanian tetap eksis meski dalam situasi kritis tersebut. "Orang suka atau tidak hanya pertanian yang naik 16,4%. Nah, itu tandanya pertanian menjadi kekuatan negara," ujar Syahrul.

Pada bagian lain, mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki peran yang strategis dalam menyediakan pangan 267 juta jiwa rakyat Indonesia.

Karena itu, untuk menyediakan pangan 267 juta jiwa, maka tidak ada jalan lain selain mengintervensi sektor pertanian dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang mutakahir.

"Pertanian tidak bisa diolah lagi dengan cara tradisional yang memakan biaya, waktu, tenaga dan juga pikiran. Pertanian harus diolah dengan kemajuan teknolgi, seperti smart green house," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan, smart green house  merupakan salah satu implementasi dari smart agriculture yang sedang dibangun Kementan.

Menurut Dedi, dengan sistem smart green house, produktivitas tanaman hortikultura dapat diperoleh dengan maksimal. Sebab, faktor mikroklimat yang terdiri dari suhu, kelembaban, cahaya, dan nutrisi dapat dikendalikan secara optimal dan dijaga dalam level yang ideal.

"Misalnya, untuk hortikultura suhu optimal adalah 15-20 derajat celcius. Ketika suhu di dalam green house kurang atau melebihi, sensor yang dipasang akan mengirim pesan untuk menggerakkan blower dan cooling pen. Begitu juga untuk unsur mikroklimat lainnya," kata Dedi.

"Jadi kalau tidak memenuhi syarat untuk produktivitas maksimal, green house ini akan berbicara melalui robot construction agar mengoptimalkam suhu yang ada. Dari situ semua sistem bergerak cepat," sambungnya.

Karena itu, Dedi yakin melalui smart green house Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks), yang dicanangkan Kementan di bawah komando Syahrul Yasin Limpo dapat terwujud baik dari sisi kuantitas maupun dari sisi kualitasnya.

"Ingat ekspor itu yang harus diperhatikan adalah produktivitas, kualitas dan kontinuitas. Dengan smart green house produktivitas terjamin karena  dikendalikan menjadi optimal," ujarnya.

Sebagai informasi, smart green house merupakan hasil kolaborasi antara Direktorat Jenderal PSP dengan BPPSDMP, dalam hal ini Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan).

 

KEYWORD :

Smart Green House Pertanian Modern Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :