Kamis, 18/04/2024 07:47 WIB

Perpusnas Dorong Sinergisitas untuk Ciptakan Pustakawan Berkualitas

Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) terus bersinergi dengan penyelenggara pendidikan formal untuk menciptakan pustakawan yang berkualitas

webinar dengan tema “Sinergisitas Pendidikan Formal dan Non-Formal dalam Mewujudkan Pustakawan Berkualitas” pada Kamis (10/12/2020).

Jakarta, Jurnas.com — Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) terus bersinergi dengan penyelenggara pendidikan formal untuk menciptakan pustakawan yang berkualitas. Pustakawan berkualitas dibutuhkan agar dapat memberikan layanan dan pengelolaan perpustakaan yang prima bagi pemustaka.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan kebutuhan pustakawan di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah lulusan dari jurusan ilmu perpustakaan perguruan tinggi. Saat ini di Indonesia, perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi untuk jenjang Diploma 3 (D3) sebanyak 13 perguruan tinggi dan jenjang sarjana (S1) hanya 33 perguruan tinggi.

“Maka ini yang menjadi tantangan kita kalau kita ingin menciptakan pustakawan profesional dalam jumlah yang memadai. Kalau kita lihat data tentang tenaga perpustakaan yang secara de facto, masih terbatas jumlah tenaga fungsional pustakawan di Nusantara,” terangnya dalam webinar dengan tema “Sinergisitas Pendidikan Formal dan Non-Formal dalam Mewujudkan Pustakawan Berkualitas” pada Kamis (10/12/2020).

Menurut Syarif, sinergisitas ini sangat dibutuhkan untuk pengembangan kompetensi pustakawan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 33 ayat 2 yang menyatakan bahwa pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan dilaksanakan melalui pendidikan formal dan non-formal.

“Inilah pentingnya melakukan sinergitas untuk merancang pendidikan dan pelatihan untuk menjemput era digital teknologi saat ini. Karena tidak mungkin kami (Perpusnas) bisa merumuskan tanpa partisipasi dari perguruan tinggi untuk merancang silabus, karena kita juga perlu melakukan diklat untuk mempersiapkan pustakawan menghadapi perubahan di mana akan banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang,” urainya.

Hal ini diamini Dosen Ilmu Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Agus Rusmana.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang pustakawan harus menerapkan antara teori yang diterima di kampus dengan praktik di lapangan. Dia menegaskan, teori sangat mendukung dari kebaruan yang ada dan dapat menjadi solusi dari masalah yang berkembang.

“Dengan penerapan teori dan praktik ketika bertugas, pekerjaan yang dilakukan oleh pustakawan dapat lebih dipertanggungjawabkan,” ungkapnya.

Sementara itu, Dosen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia, Luki Wijayanti, mengatakan setiap program studi Ilmu Perpustakaan di perguruan tinggi memiliki keunikan tersendiri. Karenanya, sinergi harus dilaksanakan berdasarkan keunikan tersebut agar bisa dikembangkan menjadi potensi yang membuatnya semakin kuat.

“Apa yang menjadi keunggulannya sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, menyusun kurikulum secara bersama sekaligus mekanisme pemetaan pada mata kuliah, harus kita buat kajian kebutuhannya. Kemudian bagaimana penyelenggaraan program pelatihannya yang mungkin tidak masuk dalam kurikulum dan berkolaborasi dalam penyelenggaraan diklat,” jelasnya.

Dalam mendukung sinergi dengan perguruan tinggi, mulai Januari 2021, Perpusnas siap memfasilitasi para akademisi dan praktisi di perguruan tinggi untuk membagikan ilmu dan pengetahuan kepada masyarakat. Fasilitasi diberikan melalui layanan seminar berbasis daring yang bisa menampung hingga 1.000 peserta. 

KEYWORD :

Perpustakaan Nasional Pustakawan Berkualitas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :