Sabtu, 20/04/2024 15:57 WIB

Lewat Seni Calung, MPR Sampaikan Empat Pilar

Ibu-ibu Perempuan Bangsa tidak hanya sekadar sebagai seorang ibu yang mengurus anak, suami, dan keluarga, tetapi juga tokoh di kecamatan masing-masing, bahkan mempunyai majelis taklim.

MPR gelar pagelaran seni calung dalam Sosialisasi Empat Pilar di di Wisma Kemenaker, Ciloto, Puncak, pada Jumat (13/11/2020). (Foto: MPR)

Cianjur, Jurnas.com - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bersama Perempuan Bangsa menampilkan pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur untuk menyampaikan pesan-pesan Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).

Dalam pagelaran seni budaya itu ditampilkan Calung yang menyisipkan nilai-nilai Empat Pilar MPR.

Pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur berlangsung di Wisma Kemenaker, Ciloto, Puncak, pada Jumat (13/11/2020). Pagelaran ini dihadiri Pimpinan Fraksi PKB MPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz, MM, Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi Setjen MPR, Budi Muliawan, SH, MH, Sekretaris Jenderal DPP Perempuan Bangsa Miftahul Jannah.

Pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur ini menampilkan tari jaipong dan Calung. Seni Calung yang ditampilkan cukup menarik perhatian penonton yang terdiri dari ibu-ibu Perempuan Bangsa. Tiga pemain Calung mampu membuat para penonton tertawa. Di antara canda pemain Calung, disisipkan pesan-pesan Empat Pilar MPR. “NKRI harga mati,” ujar seorang pemain Calung.

Sebelumnya, ketika membuka pagelaran seni budaya Kabupaten Cianjur dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR ini, Neng Eem Marhamah mengatakan pagelaran seni budaya ini menerapkan pelaksanaan protokol Covid-19 yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Sedangkan para peserta adalah perwakilan Perempuan Bangsa dari 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur, setiap kecamatan diwakili tiga orang.

“Ibu-ibu Perempuan Bangsa tidak hanya sekadar sebagai seorang ibu yang mengurus anak, suami, dan keluarga, tetapi juga tokoh di kecamatan masing-masing, bahkan mempunyai majelis taklim. Karena itu sudah tepat bila ibu-ibu mengikuti pagelaran seni budaya ini. Pendidikan pertama ada di tangan ibu-ibu. Karena itu membumikan nilai-nilai Empat Pilar MPR sangat efektif bila disampaikan ibu-ibu dengan caranya sendiri, dengan kasih sayang ibu, dan dengan budaya yang memang sudah ada di lingkungan kita,” paparnya.

“Dengan mencintai NKRI, ibu-ibu paling tepat untuk menanamkan kepada generasi selanjutnya, terutama keluarga, kemudian jamaah. Bhinneka Tunggal Ika dan UUD NRI Tahun 1945, juga penting diketahui ibu-ibu, penting disampaikan kepada keluarga,” sambung Neng Eem Marhamah.

Neng Eem Marhamah menjelaskan kesenian Calung adalah kesenian dari tanah Sunda yang berbeda dengan angklung. Dalam Calung disertai alur cerita. “Dengan cerita itu akan disampaikan pesan-pesan kebangsaan,” tuturnya.

Neng Eem Marhamah mengatakan dengan seni budaya kita menjadi bahagia karena seni budaya itu menyenangkan. Maka penyampaian nilai-nilai Empat Pilar MPR pun harus dilakukan dengan cara yang bahagia.

“Dengan seni itulah kita bahagia. Kita menjadi gembira. Karena itu penyampaian nilai-nilai kebangsaan, Empat Pilar MPR, juga harus dengan cara yang bahagia, cara welas asih, dan santun. Itulah kenapa dilakukan pagelaran seni budaya dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR ini,” katanya.

Sebelumnya Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga, dan Layanan Informasi Setjen MPR, Budi Muliawan merasa senang bisa menghadiri pagelaran seni budaya dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR yang diikuti Perempuan Bangsa.

“Karena perempuan adalah penentu maju atau mundurnya sebuah bangsa. Peradaban dunia ikut ditentukan oleh perempuan. Ibu-ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak, bagi generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Wawan mengatakan, berharap ketika ibu-ibu Perempuan Bangsa sudah memahami Empat Pilar MPR maka bisa menjelaskan dengan caranya sendiri kepada anak-anak di rumah tentang nilai-nilai Empat Pilar MPR.

“Karena sekarang banyak nilai budaya transnasional yang masuk ke Indonesia dan tidak bisa lagi dibendung. Garda pertama untuk membendung budaya-budaya yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia adalah para ibu-ibu, para Perempuan Bangsa,” tambah alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini.

Wawan menyampaikan, menitipkan nilai-nilai Empat Pilar MPR ini untuk diajarkan di keluarga.

“Ibu-ibu menjadi agen untuk menangkal budaya-budaya yang tidak pas atau tidak cocok bagi bangsa Indonesia. Ibu-ibu bisa memperkenalkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika lebih dini kepada anak-anak. Dengan pagelaran seni budaya seperti ini maka nilai-nilai itu bisa diinternalisasikan kepada keluarga melalui ibu-ibu,” katanya.

KEYWORD :

Kinerja MPR MPR RI Nilai-Nilai Empat Pilar kesenian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :