Sabtu, 20/04/2024 08:53 WIB

Pandemi Covid-19 Jadi Titik Balik Positif untuk Museum

Museolog Universitas Indonesia (UI) Kresno Yulianto menyebut reputasi dan citra museum sedang dipertaruhkan di tengah pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Museum Basoeki Abdullah Jakarta (Foto: Kemdikbud)

Jakarta, Jurnas.com - Museolog Universitas Indonesia (UI) Kresno Yulianto menyebut reputasi dan citra museum sedang dipertaruhkan di tengah pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Namun dia tetap optimistis kondisi tersebut bisa menjadi sebuah titik balik (turning point) untuk mengemas museum secara lebih kreatif, melalui program-program yang menarik.

"Karena ada sebuah tekanan supaya krisis tidak berlanjut dan dipersepsikan negatif, maka museum yang (harus) merancang program, apakah itu sifatnya pameran virtual, atau blog, atau misalnya program yang bisa diakses lewat internet," kata Kresno dalam webinar `Inovasi Teknologi Digital dalam Layanan Museum di Masa Pandemi Covid-19` pada Kamis (12/11).

Selain merancang program-program kreatif, Kresno juga mendorong museum untuk membentuk pusat krisis, yang meliputi manajemen SOP, monitoring, dan evaluasi mengenai keberlangsungan museum di masa pandemi Covid-19.

"Kita tidak tahu kapan berakhirnya pandemi ini, jadi dari pada berlarut-larut, mari kita coba apa yang kira-kira harus kita lakukan. Museum tentunya tidak mau reputasinya menjadi lemah," ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Ahli Muda Pusat Penelitian Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Irna Trilestari menyebut terdapat sejumlah kendala yang dihadapi museum sepanjang pandemi Covid-19.

Di antaranya tidak semua museum memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mendukung untuk pengelolaan layanan teknologi informatika (TI/IT).

Ditambah lagi, museum kini sangat membutuhkan SDM yang kompeten di sejumlah bidang yakni: desain grafis, komunikasi visual, desain interior, perupa, dan programer.

"Sumber data yaitu informasi dan pesan yang disampaikan, dan tampilan pameran digital tidak semua dalam kondisi baik. Juga, tidak masyarakat dapat mengakses internet untuk melihat aktivitas digital museum, juga pemahaman pengunjung terhadap IT belum merata," jelas Irna.

Irna menambahkan, kendala lainnya ialah pemanfaatan IT disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan dana. Juga, membutuhkan pembiayaan untuk pembaruan (update) maupun pemeliharaan (maintenance) secara kontinyu.

Diketahui, pandemi Covid-19 berdampak pada ditutupnya berbagai aktivitas institusi budaya dan pariwisata, termasuk museum.

Bahkan 90 persen di antaranya atau lebih dari 85 ribu institusi di seluruh dunia menghentikan layanan kunjungan secara fisik menurut data UNESCO.

KEYWORD :

Museum Dampak Covid-19 Kemdikbud




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :