Sabtu, 20/04/2024 10:39 WIB

Prancis Tak Peduli Produknya Diboikot Negara Arab

Pemboikotan terjadi akibat reaksi yang semakin luas terhadap pernyataan keras Presiden Prancis Emmanuel Marcon, untuk memerangi kalangan Islam radikal.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron ikut serta dalam upacara tradisional Lily of the valley di istana Elysee, Paris, pada 1 Mei 2020. (Fot: AFP)

Paris, Jurnas.com - Federasi pengusaha terbesar Prancis, MEDEF, mendesak perusahaan untuk menolak segala macam bentuk pemerasan, akibat boikot yang dilakukan sejumlah negara Arab terhadap produk Prancis.

Pemboikotan terjadi akibat reaksi yang semakin luas terhadap pernyataan keras Presiden Prancis Emmanuel Marcon, untuk memerangi kalangan Islam radikal.

Komentarnya memicu protes di negara-negara mayoritas Muslim pada akhir pekan lalu, di mana-mana demonstran membakar foto Macron di Suriah, dan membakar bendera Prancis di ibu kota Libya, Tripoli.

Boikot barang-barang Prancis juga berlangsung di supermarket di Qatar dan Kuwait, dengan seruan lebih lanjut untuk menolak produk Prancis di Yordania dan negara bagian lain.

Pada Senin (26/10), Kepala MEDEF Prancis Geoffroy Roux de Bezieux tak menampik boikot merupakan berita buruk bagi perusahaan yang sudah terpukul oleh pandemi virus korona.

"Tapi tidak diragukan lagi menyerah pada pemerasan. Ini adalah pertanyaan tentang berpegang pada nilai-nilai republik kami," ujar dia dikutip dari AFP.

"Ada saatnya untuk menempatkan prinsip di atas bisnis," sambung dia.

Dia mengatakan MEDEF mendukung sikap pemerintah, dan mendesak perusahaan "untuk menolak pemerasan ini dan, sayangnya, harus menanggung boikot ini", yang menurutnya tetap "cukup terlokalisasi" untuk saat ini.

Diketahui, pasca guru Samuel Paty dibunuh oleh seorang ekstremis Chechnya atas nama balas dendam pemuatan kartun Nabi Muhammad, Macron bersumpah bahwa Prancis tidak akan pernah menyerah.

Macron malah memuji Paty sebagai "pahlawan" karena mewakili nilai-nilai sekuler dan pemikiran bebas dari republik Prancis, yang mencakup hak yang telah lama dihargai untuk mengejek agama.

"Dia dibunuh karena kelompok Islam ingin mengambil masa depan kami," kata Macron pada peringatan Paty. "Mereka tidak akan pernah memilikinya," lanjut dia.

Beberapa tersangka radikal Islam telah ditangkap dalam lusinan penggerebekan sejak pembunuhan itu, dan sekitar 50 organisasi yang diduga memiliki hubungan dengan orang-orang tersebut telah disiapkan untuk ditutup oleh pemerintah.

Awal bulan ini, Macron mengumumkan rencana untuk mempertahankan nilai-nilai sekuler Prancis melawan tren "separatisme Islam", dan menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis".

KEYWORD :

Emmanuel Macron Boikot Produk Prancis Islam Radikal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :