Sabtu, 20/04/2024 14:29 WIB

Amien Rais Bangun Partai Baru, Pakar: Sepertinya Sulit Berkembang

Harus bekerja keras untuk merebut ceruk pemilih Islam yang sudah terkavling 

Amien Rais (foto:fyi)

Jakarta, Jurnas.com - Mantan Ketua MPR Amien Rais telah membulatkan tekat untuk membentuk partai baru yang didasari semboyan melawan kezaliman dan berasas Islam Rahmatan Lilalamin.

Pengamat Politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, standing position partai baru yang didirikan Amien Rais dan koleganya itu berbeda dengan Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga didirikan Amien Rais dan sejumlah tokoh pada awal-awal reformasi.

PAN berasaskan Pancasila dan besifat terbuka, majemuk, berasal dari berbagai pemikiran, latar belakang etnis dan agama. "PAN tidak menjadikan Islam sebagai asas tapi agama menjadi landasan perjuangan," jelas Karyono, Jumat (11/9/2020).

Adapun partai baru yang hendak dibentuk Amien Rais secara tegas memastikan akan memakai asas Islam meskipun ada tambahan "Rahmatan Lil alamin" di belakang.

"Islam rahmatan lil alamin (menjadi rahmat bagi semesta) dipilih menjadi asas partai seolah ingin menunjukkan identitas partai yang didirikan Amien adalah partai Islam yang moderat," ulas Karyono.

Dengan demikian, ia menambahkan, standing position partai baru yang didirikan Amien dan koleganya termasuk dalam golongan partai Islam.

"Jika demikian, maka dalam merebut suara di pemilu nanti, partai baru itu akan berebut ceruk pemilih Islam dan bersaing dengan partai berhaluan Islam lainnya," papar Karyono.

Dengan posisi seperti itu, Karyono memprediksi partai baru bentukan Amien akan sulit untuk berkembang lebih besar. Mungkin Amien berharap dapat merebut suara dari basis Muhammadiyah secara signifikan dan berharap dukungan dari golongan umat Islam lainnya.

"Tetapi nampaknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, basis pemilih Muhammadiyah menyebar ke sejumlah partai," jelasnya.

Kata Karyono, sebagian preferensi pemilih Muhammadiyah menyalurkan aspirasinya ke PAN, sebagian lagi ke partai lain dimana sejumlah partai juga mengakomodir tokoh-tokoh Muhammadiyah sehingga tentu saja dapat menyedot suara dari ormas Islam yang didirikan KH. Ahmad Dahlan tersebut.

Pun demikian umat Islam yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama (kalangan nahdliyin), Persis, LDII dan lain-lain telah menjadi rebutan sejumlah partai, tidak hanya partai Islam tapi juga partai nasionalis.

"Oleh karenanya, partai baru besutan Amien Rais harus bekerja keras untuk merebut ceruk pemilih yang sudah terkavling itu," ungkap Karyono.

Sebagai saran, Karyono menilai Amien perlu membuat diferensiasi yang membedakan dari yang lain. Sebab jika gagal membangun diferensiasi yang dapat menarik simpati, maka sulit bagi Amien Rais dan koleganya meloloskan partainya ke senayan.

Dari situ, Karyono menyebut Amien sepertinya sengaja mengambil posisi diametral dan non kompromis dengan pemerintahan Jokowi, sebagai salah satu pembeda.

Dengan demikian, Karyono menilai sikap politik dan pemikiran Amien berpotensi akan mendominasi gerak partai tersebut. Sehingga Ibarat kapal kemana akan berlabuh, akan tergantung kepada nahkodanya, dalam hal ini Amien Rais.

Dalam posisi ini, lanjut Karyono, menggantungkan kepada seorang sosok Amien Rais, tentu ada plus minusnya. Plusnya mungkin masih bisa menampung suara yang kecewa dengan PAN pimpinan Zulkifli Hasan, dan sebagian suara yang tidak puas dengan pemerintahan dan keadaan saat ini.

"Sedangkan minusnya adalah menurunnya pamor Amien Rais dan meningkatnya sentimen negatif terhadap sosok yang menjadi salah satu lokomotif reformasi tersebut," tuntas Karyono Wibowo, Direktur Eksekutif IPI.

KEYWORD :

Karyono Wibowo Amien Rais Islam Rahmatan Lilalamin




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :