Rabu, 17/04/2024 06:28 WIB

Macron: Irak Harus Berdaulat meskipun Ada Ketegangan AS-Iran

Macron menyuarakan dukungannya kepada Presiden Irak, Barham Salih untuk membantu memerangi sel-sel tidur kelompok Islamic State Iraq and Syria (ISIS) dan melawan campur tangan asing.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron ikut serta dalam upacara tradisional Lily of the valley di istana Elysee, Paris, pada 1 Mei 2020. (Fot: AFP)

Bagdad, Jurnas.com -  Presiden Prancis, Emmanuel Macron meminta pemerintah Irak tidak terjebak dalam konflik Amerika Serikat-Iran. Itu disampaikan saat bertemu dengan para pemimpin Irak pada Rabu (2/9).

Usai perjalanan dua hari ke Lebanon yang dilanda krisis, Macron adalah pemimpin dunia paling terkemuka yang mengunjungi Irak sejak Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi berkuasa pada Mei.

Dilansir dari Arab News, Macron menyuarakan dukungannya kepada Presiden Irak, Barham Salih untuk membantu memerangi sel-sel tidur kelompok Islamic State Iraq and Syria (ISIS) dan melawan campur tangan asing.

"Irak sudah melalui waktu yang menantang selama beberapa tahun, dengan perang dan terorisme serta berbagai intervensi asing," kata Macron. "Anda memiliki transisi untuk memimpin. Prancis akan berada di sisi Anda sehingga komunitas internasional dapat membantu."

Macron mengatakan rakyat Irak, yang sudah sangat menderita, berhak mendapatkan pilihan selain dominasi oleh kekuatan regional atau ekstremis.

Ia mengatakan perang melawan ISIS belum berakhir, meskipun sebagian anggota ISIS sudah mundur dari beberapa wilayah. "Perang melawan ISIS, yang sepenuhnya diinvestasikan Prancis sebagai bagian dari koalisi internasional akan terus berlanjut," katanya.

"Tantangan kedua adalah campur tangan asing dari berbagai titik, beberapa di antaranya telah berlangsung selama bertahun-tahun dan beberapa di antaranya lebih baru," kata Macron.

Ia menambahkan bahwa Prancis sepenuhnya mendukung proyek untuk mengkonsolidasikan negara (Irak) di sektor ekonomi, militer, pendidikan dan budaya, menggambarkannya sebagai proyek untuk kedaulatan Irak.

Tidak seperti kebanyakan pengunjung asing, Macron tidak akan singgah di Irbil, ibu kota wilayah otonom Kurdi Irak, melainkan akan bertemu dengan Presiden Kurdi, Nechirvan Barzani di Baghdad.

Macron juga kemungkinan akan membahas nasib 11 warga negara Prancis yang dijatuhi hukuman mati tahun lalu oleh pengadilan Irak karena bergabung dengan ISIS.

Sementara itu, Kadhimi, yang didukung Paman Sam berharap Prancis dan Eropa secara keseluruhan dapat membantu memulihkan stabilitas di kawasan berbatu itu.

"Kami tidak ingin menjadi arena konfrontasi tetapi zona stabilitas dan moderasi," kata Kadhimi, menambahkan bahwa Prancis dan Irak akan menandatangani perjanjian energi di masa depan dan memperdalam kerja sama militer.

KEYWORD :

Uni Eropa Amerika Serikat Prancis Emmanuel Macron Perang ISIS




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :