Jum'at, 19/04/2024 16:34 WIB

MPR: Koperasi dan UMKM Jangkar Utama Melawan Pandemi

Persoalannya, sejauh mana koperasi di UMKM mampu bertahan sementara tren pandemi Covid-19 masih terus meningkat dan daya beli masyarakat semakin menurun.

Wakil Ketua MPR RI dari F-Demokrat Herman Khoeron (paling kiri). Foto: kwp

JAKARTA, Jurnas.comKoperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbukti telah menjadi jangkar utama bagi kekuatan Indonesia melawan pandemi Covid-19.

Persoalannya, sejauh mana koperasi di UMKM mampu bertahan sementara tren pandemi Covid-19 masih terus meningkat dan daya beli masyarakat semakin menurun.

Demikian disampaikan Wakil Ketua MPR RI F-Demokrat E. Herman Khaeron dalam diskusi Empat Pilar tentang “Optimalisasi Pemberdayaan UMKM di Tengah Pandemi” yang digelar Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bersama MPR RI di Jakarta, Senin (31/8/2020).

Herman mengatakan, jumlah koperasi sampai tahun 2020 sudah mencapai 126.000 koperasi,  meskipun pada tahun-tahun sebelumnya ada pengurangan,  ada penghapusan sekitar 80 ribuan koperasi yang tidak aktif. Sementara jumlah UMKM sekitar 60 jutaan diseluruh Indonesia, meskipun data akuratnya harus di perbaharui kembali.

“Oleh karenanya ini (koperasi dan UMKM) sebetulnya jangkar utama sesuai dengan arah dan tujuan kemerdekaan republik Indonesia,” kata Herman.

Terkait juga dengan empat pilar, kata Herman, semangat untuk membangun ekonomi sebaiknya semangat membangun ekonomi koperasi dan UMKM, bahkan usaha sekala ultra mikro, seperti usaha skala rumah tangga.

Menurut Herman, pada krisis kembar seperti sekarang, yakni krisis kesehatan yang berlanjut menjadi krisis ekonomi,  harus ada kemampuan mengindentifikasi dan menyelesaikan persoalan secara secara komprehensif. Tidak bisa parsial atau segmented.

“Termasuk persoalan bagaimana kemampuan daya tahan dan harapan agar koperasi dan UMKM menjadi penopang terhadap pertumbuhan ekonomi yang pada kuartal dua minus 5,32%. Artinya  tentu kita harus membicarakan juga pandeminya,” kata Herman.

Sebab, lanjut Herman, bila hanya membicarakan ekonomian sementara Covid-nya seolah-olah tidak menjadi ancaman,  padahal justru sumber apinya, maka tetap tidak akan menyelesaikan masalah.

“Pandemi akan tetap menghantui. Meskipun tentu strategi dan cara pemerintah untuk menahan laju krisis yang lebih dalam tetap harus diapresiasi,” ujarnya. .

Menurutnya, meskipun koperasi dan UMKM terbukti menjadi jangkar ketahanan ekonomi nasional, tetapi sejatinya justeru sektor inilah yang pertama kali terkena imbas pandemi Covid-19.

“Sebelum krisis masyarakat bebas bertransaksi, sekarang ini antartetangga saja sudah saling mencurigai,  paling banter ya transaksi lewat WA atau online yang dibelinya pun juga terbatas karena daya belinya menurun,” tutur Herman.

Herman mengatakan, daya beli masyarakat hanya bisa dilakukan dengan upaya bagaimana meningkatkan kemampuan usaha di masyarakat yang langsung kepada rakyat,  selain tentu meningkatkan sektor sektor industri besar  untuk menampung dan membuka lapangan pekerjaan.

Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM baru-baru ini meluncurkan program pemulihan untuk sektor UMKM dengan nilai Rp22 Triliun lebih untuk mengakomodir 12 juta UMKM. Mereka mendapat bantuan masing-masing bantuan Rp2,4 juta.

“Tentu ini menjadi stimulus. Tentu upaya untuk mengecas sektor UMKM adalah sesuatu yang tepat,“ ujarnya.

“Sekarang kendalanya, apinya nyala terus. Bahkan dalam dua hari ini pertumbuhan covid-19 rata-rata 3000 kasus. Kalau apinya nyala terus maka asapnya tidak akan pernah berhenti,” kata Herman.  

KEYWORD :

MPR Koperasi UMKM Covid-19




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :