Marlen Sitompul | Senin, 26/09/2016 15:41 WIB
Jakarta - Penolakan sejumlah kader partai terhadap pencalonan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilkada DKI membuat kerja mesin partai pengusung bermasalah alias semakin rapuh.
Pengamat Politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin mengatakan, penolakan terhadap
Ahok oleh sejumlah kader partai yang memiliki basis suara di DKI Jakarta, tentu akan berdampak pada kerja partai di akar rumput.
"Konsolidasi partai di akar rumput akan mengalami masalah. Kalau kemudian partai tidak mampu menarik dan meyakinkan kader di bawahnya, maka besar kemungkinan akan mengikuti tokoh-tokoh itu," kata Said, kepada Jurnas.com, Jakarta, Senin (26/9).
Said memaparkan sejumlah kader partai yang melawan kebijakan untuk mengusung
Ahok di
Pilkada DKI Jakarta. Dari kader Partai
Golkar, Fuad Hasan Mansyur. Fuad adalah ketua
Golkar di DKI sebelum Fayakhun.
Menurutnya, Fuad memiliki motor pergerakan masa yang cukup kuat di DKI Jakarta. "Bahkan dua hari lalu Anis Baswedan berkunjung ke rumahnya. Kalau Fuad bukan motor penting di
Golkar tidak mungkin Anies mendatangi," jelasnya.
Dari PDI Perjuangan, kata Said, Boy Sadikin yang juga merupakan tokoh penting partai berlambang banteng moncong putih itu di Jakarta.
"Boy Sadikin memiliki pengikut yang cukup banyak. Boy Sadikin punya ketokohan, sebut saja dia membuat kemenangan
PDIP di DKI. Konsolidasi
PDIP di akar rumput mengalami masalah," jelasnya.
Sementara, dari Partai
Hanura ada tiga kader yang membangkang atas keputusan partai untuk mengusung
Ahok. Mereka adalah, Muhammad Guntur dari posisi Ketua DPC
Hanura Jakarta Timur, Rahmat HS dan Bustami, dari keanggotaan DPD
Hanura DKI Jakarta.
"Setidaknya ada tiga tokoh di Partai
Hanura yang menghambat pemenangan di tubuh
Hanura. Ini artinya ada persoalan di tubuh pemenangan
Ahok-Djarot," terangnya.
Sedangkan dari Partai NasDem ada dua kader yang membelot dari keputusan partai. Adalah, Tedjo Edy dan Dodi Ilham salah satub pengurus DKI Jakarta.
KEYWORD :
Pilkada DKI Pilgub DKI Pilkada DKI Jakarta Pilgub DKI Jakarta PDIP Golkar Nasdem Hanura Ahok