Jum'at, 19/04/2024 00:02 WIB

Kostratani BPP Sugio Panen Bawang Merah Ramah Lingkungan

Dengan menerapkan prinsip-prinsip budi daya organik, kualitas panen bawang merah jauh lebih bagus dibandingkan menggunakan cara-cara konvensional.

Bawang merah (Foto: Supi/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Panen bawang merah pada Agustus ini akan berlangsung di sentra-sentra utama sepanjang Pantai Utara Jawa. Selain kawasan tersebut, panen raya juga terjadi di daerah-daerah pendukung salah satunya Kabupaten Lamongan.

Hortikultura memang menjadi target utama dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lamongan untuk memanfaatkan areal tanamnya. Kali ini bawang merah menjadi fokus pengembangan di Desa Kedung Lor, salah satu desa binaan dari BPP Sugio Model Kostratani yang berada di Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan.

Pemilihan komoditas bawang merah dapat dipahami karena bawang merah memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi jika dibudidayakan dengan baik sesuai anjuran disertai penanaman pada waktu yang tepat.

Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani merupakan harapan Menteri Pertanian (Mentan) Sahrul Yasin Limpo dan menjadi visi Presiden yang ingin menjadikan pertanian Indonesia maju, mandiri dan modern dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada.

Ketua Kelompok Tani Asri Manunggal, Anwar mengatakan anggotanya kini sudah mantap menerapkan budi daya bawang merah ramah lingkungan. Dari luasan lahan pertanian di Desa Kedung Lor, 15 hektare di antaranya ditanami bawang merah dengan hasil rerata 9 -10 ton per hektare.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip budi daya organik, Anwar mengakui kualitas panen bawang merah jauh lebih bagus dibandingkan menggunakan cara-cara konvensional.

"Hampir 90% budi daya bawang merah di daerah kami hanya menggunakan pupuk organik, seperti kotoran sapi, kambing, dan tetes tebu, hingga rendaman serabut kelapa. Tidak mengherankan kalau umbi bawang yang dihasilkan ukurannya lebih besar, warna merah mengkilat, lebih keras, dan hasilnya lebih banyak," jelasnya.

Perwakilan dari Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Sugio, Minarti mengatakan, harga jual panenan bawang merah kali cukup menguntungkan karena di pasaran dihargai Rp16.000 hingga Rp16.500 per kilogram.

Harga ini jauh di atas harga balik modal petani yang menurutnya hanya Rp9.700 per kilogram. "Artinya masih ada keuntungan yang diperoleh para petani. Mudah-mudahan bisa stabil syukur kalau bisa naik lagi," ujarnya.

Minarti membeberkan bahwa kendala utama yang dihadapi petani setempat adalah ketersediaan pupuk kandang yang tidak sebanding dengan luasan lahan bawang merah.

Menurutnya, kebutuhan pupuk kandang tiap 1.000 meter persegi mencapai dua hingga tiga ton. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk kandang,  petani harus mendatangkan dari luar daerah.

"Dan ini sekaligus peluang untuk dapat mengembangkan sektor peternakan sehingga ketergantungan kebutuhan pupuk bisa sedikit dikurangi," ujarnya.

Di tempat lain, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa peran penyuluh adalah mendukung dan mengawal petani agar pertanian tidak berhenti sekalipun pandemi virus corona (COVID-19).

"Kerjasama dan kerja keras penyuluh dan petani harus tetap dipupuk untuk memastikan stok pangan terjamin," Dedi.

KEYWORD :

Kostratani BPP Sugia Bawang Merah Ramah Lingkungan Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :