Kamis, 25/04/2024 06:53 WIB

Jangan Anggap Remeh Penyakit Kanker Batang Buah Naga

Pada 2016, hampir 50% pertanaman buah naga di Provinsi Kalimantan Timur juga terserang dengan kategori ringan sampai berat.

Bahaya kanker batang buah naga. (Foto: Ditjen Horti)

Jakarta, Jurnas.com - Indonesia memiliki sentra buah naga yang tersebar di Provinsi Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimatan Timur, Jawa Barat, Banten, Bali, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat dan Maluku Utara.

Buah naga (Hylocereus polyrhizus) sendiri bukan tanaman asli Indonesia, tapi syarat tumbuh buah naga ini sesuai dengan kondisi Indonesia. Beriklim tropis dan dapat tumbuh sampai ketinggian tempat 800 meter dari permukaan laut.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, dalam keterangannya, Sabtu (1/8) mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan Gerakan Mendorong Produksi, Meningkatkan Daya Saing, dan Ramah Lingkungan (Gedor Horti).

"Gedor Horti untuk ekspor buah tropis akan membawa manfaat positif bagi perekonomian nasional. Tahun 2020 ini, ekspor buah naga Indonesia ke China juga sudah terbuka," ujar Prihasto.

Hal tersebut sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo untuk terus memacu produksi dan meningkatkan kualitas dan mutu dari komoditas hortikultura.

Prihasto mengingatakan, di tengah terbukannya keran ekspor buah naga ke China, semuah pemangku kepentingan, termasuk petani itu sendiri harus mengantisipasi penyakit kanker yang menyerang batang buah tersebut.

Berdasarkan hasil survei Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) Solok pada 2013 dan 2015, sebagian besar pertanaman buah naga di Provinsi Kepulauan Riau (Batam dan Bintan) hancur terserang salah satu penyakit, yaitu kanker batang.

"Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Neoscytalidium dimidiatum, dapat mengancam produksi buah naga di Indonesia karena bisa mematikan tanaman," beber Prihasto.

Beberapa wilayah lain yang diserang penyakit kanker batang selanjutnya adalah daerah sentra pengembangan buah naga Provinsi Sumatera Barat, terutama di Kabupaten Padang Pariaman.

Pada 2016, hampir 50% pertanaman buah naga di Provinsi Kalimantan Timur juga terserang dengan kategori ringan sampai berat. Masalah yang sama juga terjadi di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.

Penyakit kanker batang dapat menyerang bagian batang maupun buah. Gejala pada batang yang dimulai pada batang muda/sulur, adanya bintik-bintik/bercak-bercak putih seperti tusukan halus dan cekung pada bagian tengah.

Gejala lebih lanjut, bercak-bercak menyatu, berwarna kuning sampai kecokelatan dan membengkak (seperti bisul) meletus, kemudian akan mengeras, berwarna hitam dan mengering. Gejala pada buah, terdapat bintik-bintik/bercak-bercak putih seperti gejala awal pada batang.

"Gejala lanjut pada buah, bercak-bercak menyatu menutupi permukaan buah, sehingga kulit buah menghitam dan kering," kata pria yang beken disapa Anton itu.

Perkembangan penyakit tersebut dipengaruhi curah hujan tinggi dan bagian-bagian tanaman yang tidak dimusnhkan sangat mendukung perkembangan penyakit. Karena itu, pengendalian sangat diperlukan, agar penyakit tidak berkembang.

Pengendalian penyakit kanker batang dilakukan secara ramah lingkungan, secara terpadu dengan melakukan monitoring gejala serangan awal, pemeliharaan tanaman secara optimal. Selanjutnya, melakukan sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman dan bagian tanaman yang terserang kemudian dimusnahkan dengan cara membakar.

"Terakhir eradikasi selektif tanaman yang terserang ringan dengan melakukan pemotongan bagian tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan dengan cara membakar dan bekas potongan oles dengan Bubur Bordo," ujar Anton.

Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf, mengatakan bahwa keberhasilan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) harus dilakukan secara terpadu, serentak, dan ramah lingkungan sesuai dengan Prinsip PHT.

Ia mengatakan, beberapa prinsip PHT yang penting dilakukan yaitu budidaya tanaman sehat, pengamatan agroekosistem secara rutin, serta pelestarian musuh alami. Hal itu akan berguna sehingga petani dapat mengambil keputusan dalam melakukan pengelolaan OPT di lahannya.

"Kami terus mengingatkan petani untuk menggunakan bahan pengendali yang ramah lingkungan agar produk makin berdaya saing dan aman konsumsi," pungkas Yanti.

KEYWORD :

Ditjen Hortikultura Buah Naga Prihasto Setyanto Kanker Batang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :