Rabu, 17/04/2024 06:09 WIB

Perang Dinasti di Pilkada Tangsel, Pengamat: Jokowi Tak Enak Hati Ikut Cawi-cawi

Joko Widodo akan ewuh-pekiwuh mendukung anak wapres karena di sana juga ada keponakannya Prabowo yang ikut kompetisi

Perang Dinasti di Pilkada Tangsel 2020

Jakarta, Jurnas.com - Tiga kubu yang akan berkompetisi di Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) 2020 dinilai bermuatan dinasti politik.

Pasangan Benyamin-Pilar sebagai repsentasi dari keluarga Airin Rachmi Diany Wardana, Wali Kota Tangsel. Pilar merupakan keponakan Airin dan diusung Partai Golkar.

Kemudian pasangan Siti Nur Azizah Ma`ruf-Ruhamaben sebagai refresentasi keluarga Wapres KH. Maruf Amin. Siti Nur Azizah merupakan anak kandungnya yang didukung Partai Demokrat dan PKS.

Berikutnya Muhamad-Rahayu Saraswati dari keluarga Prabowo. Rahayu merupakan keponakan Ketum Gerindra dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP).

Muncul pertanyaan, akankah Nur Azizah sebagai anak KH Maruf Amin juga akan didukung RI 1 Presiden Joko Widodo?

Direktur Riset Lembaga Survei Konsep Indonesia Supraji mengatakan, kemungkinan dukungan Jokowi pada Nur Azizah sangat tipis. Apalagi di saat yang sama juga keponakan Menhan Prabowo jadi peserta pilkada.

"Enggak lah, Pak Presiden gak akan sampai turun tangan ke Tangsel untuk cawi-cawi pilkada," ujar Supraji, Selasa (28/7/2020).

Ia menjelaskan, Presiden Joko Widodo akan ewuh-pekiwuh (tak enak hati) mendukung anaknya wapres karena di sana juga ada keponakannya Prabowo yang ikut kompetisi. Saat yang sama juga keponakan Bu Airin nyalon jadi gak akan enak hati juga sama Bu Airin.

"Pak Jokowi sama Bu Airin itu juga bersahabat. Jadi saya kira pertarungan akan berlangsung bebas, siapa dapat simpati pemilih, dia akan menang," jelas Supraji.

Dengan dasar itu, Supraji menilai kunci sukses di pilkada adalah memaksimalkan waktu kampanye panjang, dari kerja taktis berdasar strategi yang jitu.

"Tidak bisa ada orang datang ke satu daerah lalu berkampanye sebentar dan menang. Akan butuh proses panjang sejak pengenalan, peningkatan popularitas, menguji akseptabilitas dan tentu meraih elektabilitas," paparnya.

Supraji mengingatkan, pilkada itu tidak sederhana. Tak cukup hanya datang sebentar, terus pasang-pasang spanduk dan buat iklan di sosial media, lalu yakin menang.

"Sudah banyak korban pilkada itu, kan lebih banyak yang kalah daripada yang menang. Apalagi ini di Tangsel, medan yang komplit. Pemilih emosionalnya banyak, pemilih rasionalnya juga berisik," katanya.

Sapraji menyarankan, sisa waktu lima bulan jelang pencoblosan 9 Desember 2020 harus dimanfaatkan kontestan untuk turun menyapa warga. Hanya kondisi pandemik Covid-19 memang harus membuat tim pemenangan bekerja ekstra, harus kreatif dan inovatif.

Kontestan yang masih memakai cara lama di era adaptasi kebiasaan baru (new normal), kata Supraji, akibatnya akan tersungkur dan mendapat pil pahit dan pengalaman kalah.

"Kontestan harus bekerja di atas dan di bawah. Pertama dan utama harus dikenal dan disukai lalu diterima dengan tangan terbuka sehingga bisa dipilih. Kondisi sekarang ini saya kira petahana diuntungkan, kalau bisa memanfaatkan momentum dengan baik, saya rasa Benyamin Davnie akan menang," tuntas Supraji.

KEYWORD :

Pilkada Dinasti Politik Joko Widodo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :