Jum'at, 19/04/2024 13:14 WIB

Gemasaba: Luhut Korbankan Rakyat Jakarta Demi Reklamasi

Bukan hanya Nelayan pesisir Jakarta yang akan kehilangan mata pencaharian, namun semua masyarakat Jakarta pun harus membayar jika ingin melihat pantai.

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan memutuskan untuk melanjutkan proyek reklamasi Teluk Jakarta yang sempat dihentikan oleh Menteri sebelumnya, Rizal Ramli.

Hal ini memunculkan banyak pertentangan dari Kelompok Masyarakat Betawi (Bamus), Nelayan, LSM dan juga kalangan mahasiswa dan aktivis lingkungan, termasuk Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba).

"Saya atas nama Gemasaba menentang dilanjutkannya proyek Reklamasi Pulau G Teluk Jakarta, karena proyek ini bukan untuk kepentingan warga Jakarta" ujar Ketua Umum Gemasaba, Heru Widodo di Jakarta, Senin (19/09/2016).

Heru menjelaskan, proyek reklamasi akan menimbulkan permasalahan dan bencana dikemudian hari. Bukan hanya Nelayan pesisir Jakarta yang akan kehilangan mata pencaharian, namun semua masyarakat Jakarta pun harus membayar jika ingin melihat pantai.

"Masyarakat nelayan akan jadi korban utama, semua akan ditembok untuk konglomerat," tegas Heru.

Berdasarkan hasil kajian LAPI-ITB, reklamasi Pantura Jakarta tahap I (Pantai Mutiara) diketahui telah mengubah infrastruktur outlet sistem air pendingin PLTU/PLTGU Muara Karang yang mengakibatkan meningkatnya suhu air di intake kanal pembangkit dari kondisi awal 29°C menjadi 31,1°C.

Bila terjadi kenaikan suhu setiap 10 celcius, maka akan menurunkan kemampuan produksi listrik hingga 10 MW dengan nilai kerugian berkisar Rp. 576 juta per hari untuk setiap 1 unit mesin pembangkit.

Dampak lainnya, terjadinya sedimentasi pada muara Sungai Angke dan Sungai Karang yang tertutup oleh pulau-pulau reklamasi, sehingga secara konstruksi bisa menganggu utilitas PLTU/PLTGU Muara Karang. Pasokan gas dan BBM ke PLTU/PLTGU Muara Karang juga berpotensi terganggu mengingat posisi pipa gas dan BBM berada pada kawasan yang akan direklamasi.

Reklamasi tersebut akan mengganggu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang yang berkapasitas 1.684 megawatt (MW). Selain Muara Karang, di daerah tersebut juga berdiri PLTU Priok dan PLTGU Muara Tawar yang ketiganya menjadi pemasok 53% kebutuhan listrik di Jakarta dan sekitarnya.

KEYWORD :

Gemasaba Heru Reklamasi Luhut




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :