Kamis, 25/04/2024 07:30 WIB

Kisah Perjuangan Pasien Kanker Payudara Berobat saat PSBB

Dengan mengendarai roda dua, Sylvie dan sang suami berhasil tiba di salah satu rumah sakit bilangan Sudirman, untuk melakukan kemoterapi.

Virtual Halal Bihalal Keluarga Besar YKPI (Foto: dok. YKPI)

Jakarta, Jurnas.com - Pandemi virus corona baru (Covid-19) tidak hanya membuat aktivitas perekonomian dan peribadahan terganggu. Hal yang sama juga berlaku pada proses pengobatan untuk pasien kanker.

Sylvie di antaranya. Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, dia kerap mengalami kesulitan untuk menjalani pengobatan rutin karena adanya pembatasan kendaraan yang berlalu lalang.

Namun dia tidak patah arang. Dengan mengendarai roda dua, Sylvie dan sang suami berhasil tiba di salah satu rumah sakit bilangan Sudirman, untuk melakukan kemoterapi.

"Tetapi tetap mengikuti protokol kesehatan. Sesampai di rumah sakit tetap kesehatan saya dicek. Dan kedua kemoterapi saya berjalan lancar dan tak ada hambatan," tutur Sylvie dalam kegiatan Virtual Halal Bihalal Keluarga Besar YKPI pada Selasa (9/6) kemarin.

Di rumah sakit, lanjut Sylvie, dia juga bertemu dengan para pasien kanker payudara lainnya, yang bersikukuh menjalani pengobatan meski juga merasa khawatir adanya penularan Covid-19.

"Meski pandemi, saya melihat banyak juga pasien kanker payudara yang melakukan pengecekan meski khawatir penularan virus corona. Tapi ikuti saja semua protokol kesehatan," ungkap perempuan yang akan menjalani kemoterapi ketiganya pada 13 Juni mendatang itu.

Kisah yang tak jauh berbeda juga dialami oleh Berlian. Perempuan yang didagnosis kanker payudara pada Mei 2014 ini, gagal menjalani pengobatan pada Februari lalu karena stok obat kosong. Pengobatannya pun ditunda sampai April.

Pada April, pandemi Covid-19 makin mengganas. Sang adik sempat meminta Berlian kembali menunda pengobatan karena di rumahnya terdapat orang tua dan anak kecil, yang merupakan kalangan rentan Covid-19.

"Tapi saya bertekad diteruskan agar tidak menunda. Hasilnya, dokter mengajukan untuk rapid test, dan menunggu hasil dua jam, lalu ada (pengobatan) suntikan," terang Berlian dalam kesempatan yang sama.

"Seminggu kemudian rapid tes lagi dan negatif, untuk melakukan pengobatan lagi. Semua pengobatan lancar," tandas dia.

Terkait hal ini, Ketua Umum YKPI Linda Agum Gumelar mengatakan, kanker payudara merupakan penyakit yaang penyebarannya sangat cepat jika tidak ditangani.

Karenanya, tengah pandemi ini, penyintas dianjurkan tetap dapat melakukan pengobatan, namun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

"Termasuk saat new normal (kenormalan baru, Red) dengan tetap memperhatikan protokol Kesehatan yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker," ujar Linda.

Sebelumnya, ahli bedah onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk menyebut banyak operasi kanker yang ditunda selama pandemi Covid-19.

Hal ini disebabkan adanya imbauan di berbagai negara untuk menunda pelaksanaan operasi terencana dan tidak mengancam nyawa, termasuk di antaranya operasi tumor dan kanker.

Sementara bila merujuk pada aturan baku, lanjut Walta, operasi yang merupakan salah satu tahapan dalam pengobatan kanker, harus segera dilaksanakan supaya kondisi pasien tidak semakin memburuk.

"Kita yang disuruh nunda-nunda. Padahal kanker aturan awalnya jangan ditunda. Tapi karena Covid-19 kita melanggar sunnatullah. Melanggar aturan baku," tegas Walta.

KEYWORD :

Kanker Payudara Aturan PSBB Covid-19 YKPI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :