Selasa, 16/04/2024 16:05 WIB

Kepala BPPSDMP: Pertanian Harus Jadi Bisnis yang Menguntungkan

Bisnis pertanian sangat erat kaitannya dengan produk berdaya saing dan berkelanjutan. Karena itu, penerapan inovasi teknologi, termasuk smart green house menjadi kata kunci.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, bersama Wakil Bupati Pringsewu Fauzi, di Kantor BPP Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu.

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi mengatakan, pertanian harus menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan.

"Jadi, pertanian itu bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga, pertanian sekarang harus jadi bisnis. Pertanian itu harus ditujukan untuk mencari duit sebanyak-banyaknya," kata Dedi pada MAF Potensi Bisnis Hortikultura dengan Smart Green House, Sabtu (2/10).

Dijelaskan Dedi, bisnis pertanian erat kaitannya dengan produk berdaya saing dan berkelanjutan. Karena itu, penerapan inovasi teknologi, termasuk smart green house menjadi kata kunci.

"Smart green house itu salah satu inovasi teknologi yang luar biasa karena sudah memanfaatkan internet of things. Smart green house sudah dilengkapi sensor dan kontrol menyesuaikan suhu, kelembapan, dan sebagainya, sehingga iklimnya sesuai dengan kebutuhan tanaman," ujarnya.

Dedi juga meminta para petani agar smart dalam arti memiliki keterampilan dalam pengelolaan tidak hanya pada budidaya (onfarm) tapi juga memiliki keterampilan dalam marketing.

"Percuma menghasilkan produksi yang banyak kalau tidak laku. Justru market yang harus mengendalikan produksi kita. Oleh karena itu, sebelum kita melakukan budidaya harus jelas dulu pasarnya," jelas Dedi.

Narasumber pada kegitan tersebut, Sekretaris Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor (IPB), Netti Tinaprilla mengatakan, peluang melakukan usaha tani di dalam green house sangat prospektif.

"Kita ketahui bahwa kondisi pertanian di Indonesia secara lahan kalau kita lihat dari Sabang sampai Merauke ternyata lahan yang cocok untuk pertanian sangat terbatas sehingga peluang melakukan bisnis dengan lahan terbatas menjadi semakin prospektif," ujarnya.

Netti menjelaskan, smart green house sudah dilengkapi dengan sensor dan kontrol untuk menyesuaikan suhu, kelembapan, dan sebagainya, sehingga iklimnya sesuai dengan kebutuhan tanaman.

"Green house itu awalnya emang nggak smart menjadi smart sama dengan pelukanya juga harus smart. Smart dalam arti peningkatan keterampilan pengelolaan tidak hanya pada budidaya tapi juga bisnis secara keseluruhan," jelas Netti.

Selain mendukung kondisi iklim yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan varietasnya, smart green house juga tidak membutuhkan tenaga manusia yang banyak.

"Jadwal produksi biasa diatur. Kemudian meminimlisir pestisida. Jadi dengan smart green house karena iklimnya dikendalikan maka biasanya penggunaan pestisida akan lebih rendah," ujarnya.

Kekurangan smart green house, kata Netti, yakni terlalu mahal. "Untuk starup yang baru memulai untuk skala kecil misalkan smart green house untuk ukuran 8x16 itu di atas Rp 300 juta. Namun dibalik mahalnya, benefitnya juga tinggi," ujarnya.

Kementan terus mendorong transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern melalui Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP).

"IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern, untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu. Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan," kata Dedi.

KEYWORD :

Smart Green House Dedi Nursyamsi IPDMIP Pertanian Bisnis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :