Jum'at, 19/04/2024 16:03 WIB

Wacana Hidupkan PMP, PGRI: Produk Lama Tidak Semuanya Jelek

Menurut Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi, saat ini muncul kebutuhan bahwa nilai-nilai Pancasila harus diinternalisasi kepada siswa, di tengah maraknya serbuan nilai-nilai baru.

Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi

Jakarta, Jurnas.com - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mendukung wacana pemerintah untuk menghidupkan kembali mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), mapel produk Orde Baru yang pernah dihapus pada 1994 silam.

Menurut Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi, saat ini muncul kebutuhan bahwa nilai-nilai Pancasila harus diinternalisasi kepada siswa, di tengah maraknya serbuan nilai-nilai baru.

"Produk lama tidak semuanya jelek. Mungkin kalau dulu indoktrinasi sudah tidak sesuai lagi, sekarang bisa di-re-adjust (disesuaikan, Red) dengan cara yang lebih menarik. Mungkin bisa dimulai dari diskusi kebutuhan siswa," kata Unifah dalam kegiatan Konferensi Kerja Nasional (Konkornas) pada Jumat (21/2) kemarin.

Unifah menjelaskan, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, kata Pancasila sudah dihapus dari mata pelajaran (mapel) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).

Walhasil materi mengenai moral Pancasila di sekolah sudah nyaris hilang, meski sebelumnya pernah masuk ke dalam kurikulum sejak 1994.

"Untuk namanya nanti bisa dirumuskan, tapi yang penting bukan namanya, melainkan bagaimana moral Pancasila bisa diinternalisasi bagi anak-anak kita," terang Unifah.

Unifah menambahkan, seandainya nanti pemerintah merealisasikan wacana menghidupkan PMP, dia menyarankan agar mapel tersebut diberikan ke semua tingkatan, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).

"Setiap tingkatan pendidikan, masalah dan pemahamannya terhadap nilai-nilai itu berbeda. Misalnya di SD, pada pengenalan. Tapi SMA dan SMK sudah sampai berpikir kritis dan mendiskusikan isu-isu," tandas dia.

Sementara Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo mengatakan, perubahan PPKN menjadi PKN pada 2003 telah menyebabkan generasi 90-an mengalami missing link terhadap ideologi bangsa, Pancasila.

Kendati di dalam PKN juga memuat tentang Pancasila, lanjut Bambang, namun pembelajarannya lebih bersifat pengetahuan bukan pemahaman.

"Sehingga gampang disusupi ideologi transnasional yang justru tak sejalan jati diri bangsa. Padahal, Pancasila yang digali Bung Karno bersumber dari jati diri bangsa Indonesia. Kita menjadi bangsa yang tak menghargai dan melupakan jati dirinya sendiri, asyik memakai `make up` jati diri bangsa lainnya," tegas Bamsoet.

KEYWORD :

PGRI Pendidikan Moral Pancasila Mapel PMP Unifah Rosyidi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :