Jum'at, 26/04/2024 04:16 WIB

Kemenkop dan UKM Dorong Perajin Cangkul Purworejo Berkoperasi Agar Lebih Efisien

Kementerian Koperasi dan UKM mendorong seluruh perajin cangkul yang ada di sentra cangkul Desa Kalisemo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, agar tergabung dalam satu wadah usaha bernama koperasi.

Victoria Simanungkalit

Purworejo, Jurnas.com - Kementerian Koperasi dan UKM mendorong seluruh perajin cangkul yang ada di sentra cangkul Desa Kalisemo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, agar tergabung dalam satu wadah usaha bernama koperasi.

Demikian disampaikan Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit melalui pesan tertulis yang diterima Jurnas.com, Kamis (09/01/2019).

"Dengan berkoperasi akan tercipta efisiensi produksi dan juga pemasaran. Tentunya, akan menekan harga satuan cangkul," kata Victoria.

Menurut Victoria, dengan berkoperasi maka segala kendala yang dihadapi selama ini bisa diantisipasi para perajin cangkul.

Diantaranya, pengadaan mesin teknologi pembuat cangkul, bahan baku, hingga pemasaran, bisa dilakukan koperasi. "Para perajin hanya fokus pada produksi cangkul dan kualitasnya. Urusan lain-lainnya, termasuk permodalan, akan disiapkan koperasi," jelas Victoria.

Victoria pun menegaskan bahwa pihaknya akan mendorong pengembangan Sentra Cangkul Desa Kalisemo tersebut.

"Kami akan jalin kerjasama dengan PT Krakatau Steel dalam pengadaan bahan baku baja untuk cangkul dengan standar nasional atau SNI. Setelah itu, kita akan mendorong agar cangkul lokal masuk ke dalam e-katalog," ujar Victoria.

Lebih dari itu, kata Victoria, pihaknya juga sudah bekerjasama dengan BUMN-BUMN, instansi pemerintah, hingga pemerintah daerah, agar menggunakan produk cangkul buatan anak bangsa sendiri.

"Kita akan terus menjaga produksi dan kualitas cangkul dalam negeri, yang tentunya secara perlahan akan mampu mengurangi cangkul asal impor," ujar Victoria.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kabupaten Purworejo Bambang Susilo juga menekankan pentingnya berkoperasi bagi para perajin cangkul Desa Kalisemo.

"Melalui koperasi, mereka akan memproduksi cangkul yang berkualitas dengan harga lebih murah, ketimbang produksi cangkul sendiri-sendiri," kata Bambang.

Apalagi, selama ini proses pembuatan cangkul masih dilakukan secara manual atau belum menggunakan teknologi mesin. "Saya yakin, dengan berkoperasi, perajin cangkul bisa melawan produk cangkul impor," ujar Bambang.

Bambang mengakui bahwa produk cangkul Desa Kalisemo secara kualitas memang sudah bagus. Hanya saja, dari sisi harga masih terbilang tinggi bila dibandingkan produk cangkul asal impor.

"Kenapa bisa lebih mahal, karena yang diproduksi perajin Kalisemo adalah cangkul untuk sektor pertanian. Sementara cangkul impor hanya bisa digunakan untuk proyek bangunan. Jadi, secara kekuatan dan kualitas, cangkul untuk pertanian lebih berkualitas dan lebih kuat," kata Bambang.

Sementara itu, salah seorang perajin cangkul Kalisemo, Slamet Widodo menjelaskan, sentra cangkul Desa Kalisemo sudah sejak dulu ada, alias sudah turun temurun keluarga di sana.

"Sudah dari zaman kakek-kakek kita, Desa Kalisemo sudah dikenal sebagai sentra cangkul," kata Slamet.

Slamet menambahkan, di Desa Kalisemo terdapat 11 sentra cangkul dengan produksi 15 cangkul perhari persentra.

"Pemasaran produk cangkul kita sudah masuk ke pasar di Yogyakarta, Magelang, Boyolali, Salatiga, dan tentu saja Purworejo," kata Slamet seraya menyebutkan kesulitan pihaknya adalah mendapatkan bahan baku berkualitas.

Dengan harga cangkul sebesar Rp 150 ribu, Slamet mengakui memang lebih mahal ketimbang cangkul impor. Karena, produk cangkul Kalisemo berbahan plat besi yang diisi baja.

"Jangan disamakan dengan cangkul buatan pabrik yang hanya berbahan baku besi tanpa baja. Jadi, secara kualitas, produk cangkul Kalisemo jauh lebih tinggi dibanding cangkul impor," kata Slamet.

KEYWORD :

Pengrajin pacul Victoria Simanungkalit Koperasi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :