Selasa, 16/04/2024 15:43 WIB

Bonus Demografi Beri Peluang Pengembangan Zakat Nasional

Tren perkembangan demografi ini tentu berdampak besar pada potensi dan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah, termasuk di dalamnya zakat.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan The Islamic Economics Winter Course (IEWC) di Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB, Bogor, mulai Senin (14/10) hingga Sabtu (19/10)

Bogor, Jurnas.com - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan The Islamic Economics Winter Course (IEWC) di Gedung Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB, Bogor, mulai Senin (14/10) hingga Sabtu (19/10). Hadir sebagai pembicara kunci, Ketua Baznas, Prof Dr Bambang Sudibyo.

Dalam acara ini akan dibahas isu-isu global terkini terkait perbankan dan keuangan syariah baik dari aspek ekonomi maupun hukum syariah serta isu-isu keuangan inklusif dan sosial syariah.

Bambang Sudibyo mengatakan berbagai data menguatkan optimisme akan masa depan ekonomi islam, termasuk pengelolaan zakat nasional yang cerah, sehingga penting untuk menyiapkan layanan yang terbaik bagi muzaki dan mustahik.

Dengan layanan terbaik ini, zakat akan makin tumbuh dengan baik dan memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia islam masa kini.

“Populasi Muslim saat ini sekitar 22 persen dari populasi dunia, dan di antara semua agama di dunia pertumbuhan pemeluk Islam adalah yang terbesar. Dengan  pertumbuhan populasi tercepat ini, diperkirakan pada tahun 2050 Muslim sudah menjadi yang terbesar,” kata Bambang saat menyampaikan materi “The Role of Zakat in the Contemporary Development of Islamic World”.

Tren perkembangan demografi ini tentu berdampak besar pada potensi dan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah, termasuk di dalamnya zakat.

“Misalnya, sistem keuangan syariah dunia yang pada 2017 nilainya hanya USD 2,438 Miliar pada 2023 diperkirakan akan menjadi 3,809 miliar. Bisnis makanan halal yang nilainya hanya USD 1,303 miliar pada 2017,  pada 2023 diperkirakan ajan menjadi USD 1,863 miliar,” katanya.

Begitu pula dengan wisata perjalanan halal yang pada 2017 nilainya hanya USD 177 miliar, kelak pada 2023 diperkirakan akan naik menjadi USD 274 miliar.

Irfan Syauqi Beik mengatakan, sektor ekonomi syariah menjadi salah satu sektor yang memiliki tren pertumbuhan yang cepat dibandingkan sektor yang lain. Perkembangan yang dinamis ini tentunya harus didukung dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk memberikan dukungan bagi industri-industri yang bergerak dalam sektor ekonomi syariah.

“Dalam rangka memenuhi tuntutat pasar tersebut, maka diperlukan suatu pelatihan dan kursus untuk meningkatkan skill dan juga kemampuan SDM dalam bidang ekonomi syariah. Karena itu Pusat Kajian Strategis (Puskas) Baznas dan Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, FEM IPB menginisiasi kegiatan IEWC ini,” kata Irfan.

IEWC merupakan kursus singkat ekonomi syariah secara komprehensif. Tidak hanya itu,  IEWC juga memfasilitasi para peserta untuk dapat mengunjungi secara langsung industri-industri kunci dalam sektor ekonomi syariah.

Kemudian melihat secara langsung  Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan mengelola dan mengatur industri keuangan syariah di Indonesia serta berkunjung ke kantor pusat BAZNAS untuk melihat bagaimana pengelolaan zakat nasional dilakukan secara profesional.

Para peserta juga difasilitasi untuk dapat melihat langsung bagaimana kegiatan ekonomi syariah masyarakat seperti di kampung Batik Cibuluh dan Tegal Waru Bogor yang menjadi desa binaan BAZNAS.

"Sehingga, diharapkan para peserta IEWC mendapatkan wawasan dan keilmuan pada bidang ekonomi syariah secara komprehensif baik dari aspek teoritis maupun dari aspek praktek,” katanya.

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB Asep Nurhalim mengapresiasi kerjasama antara BAZNAS dan IPB sebagai upaya untuk memperkuat sosialisasi dan edukasi ekonomi syariah, termasuk ekonomi dan keuangan sosial syariah.

"Diharapkan kegiatan ini memberi dampak positif dalam memperkuat literasi ekonomi syariah," ujarnya.

Sebanyak 10 tokoh regulator, praktisi, peneliti dan akademisi juga hadir sebagai pembicara, antara lain Prof Aslam Haneef dari Interational Islamic University Malaysia;  Direktur International Centre For Education In Islamic Finance (INCEIF) Malaysia, Prof Dr Azmi Omar; Prof Dr Yusman Syaukat dari IPB.

Hadir pula Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Dr. Dadang Muljawan serta Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, Dr Irfan Syauqi Beik. Para peserta merupakan pelaku industri, akademisi dan peneliti yang datang dari berbagai negara seperti Nigeria, Bangladesh, Thailand, Malaysia dan Indonesia.

 

KEYWORD :

Bonus Demografi Pertumbuhan Zakat Lembaga Baznas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :