Kamis, 25/04/2024 04:08 WIB

Pemenang Munas Golkar Tak Lepas dari Faktor Dukungan Presiden Jokowi

Diskusi IPS

Jakarta, Jurnas.com - Direktur Lingkar Madani (LiMa) Indonesia, Ray Rangkuti mengatakan, apa yang terjadi menjalang Munas Golkar saat ini hanyalah riak-riak biasa saja. Sesuatu yang umun terjadi dalam partai yang punya banyak tokoh.

"Saya melihat konflik itu efek dari kesetaraan tokoh. Mereka tak punya tokoh tunggal. Maka saya melihat ini postif aja, agar partai lebih matang," jelas Ray Rangkuti dalam diskusi publik Indonesia Political Studies (IPS) bertema `Kemelut Golkar Menjelang Munas` di Jakarta, Kamis (26/9/2019).

Bagi Ray Rangkuti, konflik di Golkar ini tak akan jadi besar. Kerena baik Airlangga Hartarto maupun Bambang Soesatyo sama-sama punya solusi menyelesaikan masalah.

"Atau jangan-jangan sengaja konflik seolah-olah, dilakukan untuk mencari posisi masing-masing calon dalam persaingan," jelasnya.

Ray Rangkuti juga mengatakan, ada satu variabel juga yang harus diperhatikan dalam perebutan kursi Golkar 1, yakni variabel eksetrnal, dalam hal ini keterlibatan presiden Jokowi.

"Jadi kemana kira-kira presiden punya kecenderungan dari dua kandidat ini. Presiden butuh itu, baik Airlangga dan Bamsoet. Sampai saat ini presiden menjaga diri agar tak terlalu terlihat. Sampai nanti jelang pemilihan di munas baru akan terlihat. Faktor ini akan menentukan juga," jelas Ray Rangkuti.

Pada kesempatan sama, Fungsionaris DPP Partai Golkar Mirwan Bz Vauly mengatakan, munas Partai Golkar ini sebenarnya tak selalu panas dan banyak kemelut. Bahkan kadang seperti perayaan pesta lima tahunan saja.

"Memang akhirnya menjadi kemelut karena ada sesuatu atau masalah yang oleh kader dianggap keliru. Karena ada beberapa orang bahkan pimpinan Golkar tak mengindakan aturan organisasi," jelasnya.

Di Golkar, lanjut Mirwan, aturan AD/ART yang mestinya mengikat semua kader dan pengurus. Jadi keputusan dan sikap itu harus keluar dari kemufakatan. Bukan dari keputusan seorang ketua umum.

"Jadi Golkar selalu ngambil keputusan melalui kemufakatan. Itulah demokrasi yang ditontonkan Golkar pasca-reformasi. Sayangnya ini belum terlihat pada sosok Airlangga" lanjutnya.

"Maka tak ada satu orang yang berkuasa di Golkar, yang berkuasa adalah kemufakatan," lanjutnya.

Direktur Eksekutif IPS Alfarisi Thalib berpendapat, Golkar tetap jaya dan kuat walaupun banyak cobaan dan konflik.

Katanya, Golkar tidak gagal melajukan kaderisasi, karena struktur sudah jalan. Kekuatan utama Golkar juga bukan personal ataupun kader.

"Tapi yang bikin Golkar kuat adalah sistem partai, aturan partai, dan idiologi partai. Walaupun dihajar katakanlah anak haramnya. Tapi tetap dapat suara banyak," ujarnya.

Kata Alfarisi munculnya partai baru dari rahim Golkar itu bukan kegagalan, karena tapi saja partai Golkar sendiri tetap berjaya, tumbuh rindang dan banyak yang bernaung didalamnya.

KEYWORD :

Munas Golkar Airlangga Hartarto Bambang Soesatyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :