Jum'at, 19/04/2024 09:20 WIB

Gudang Baru Bulog untuk Serap Kedelai Petani

Bulog sudah membangun gudang khusus untuk kedelai yang lokasinya ada di Banyumas dan Sidoarjo dengan kapasitas masing-masing 3.500 ton.

Biru bercampur orange, warna khas gedung bulog untuk kedelai (Foto: Kementan)

Jakarta, Jurnas.com - Badan Urusan Logistik (Bulog), membangun gudang khusus kedelai guna membantu Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menyerap kedelai petani yang memasuki musim panen.

Kepala Divisi Pengadaan Pangan Bulog, Yayat Hidayat Fatahillah, berharap, dengan gudang baru tersebut, Bulog siap menyerap kedelai petani dengar harga yang menguntungkan petani.

"Sebagai langkah memasuki panen kedelai di beberapa wilayah di Indonesia, Bulog siap menyerap kedelai petani, terutama di sekitar daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur," ujar Yayat pada Rakor Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2019 dan Persiapan Tahun 2020 di Bogor.

Yayat menjelaskan, Bulog sudah membangun gudang khusus untuk kedelai yang lokasinya ada di Banyumas dan Sidoarjo dengan kapasitas masing-masing 3.500 ton.

Gudang tersebut tidak hanya bangunan biasa, namun gudang tersebut sudah dilengkapi dengan Dehumitifier dan Pneumatic Conveyor.

"Jadi alat tersebut gunanya untuk mengatur kelembapan dan untuk mempecepat pembongkaran. Kami manfaatkan teknologi ini agar kedelai yang di gudang tidak cepat rusak," jelasnya.

Yayat menambahkan rencana selanjutnya Bulog akan membuat gudang kedelai di lokasi sentra lain di daerah Grobogan Jawa Tengah. Pasalnya, Grobogan merupakan sentra kedelai, sehingga akan dibangun gudang.

"Kami akan buat satu lagi di sana (Grobogan, Red). Kapasitasnya sama lah seperti yang di Banyumas dan Sidoarjo sekitar 3.500 ton," ujarnya.

Untuk menunjukkan keseriusan Bulog, Yayat menegaskan Direktur Pengadaan Bulog telah menerbitkan surat tugas ke Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk agar segera berpartisipasi dalam penyerapan hasil panen kedelai di tingkat petani.

"Pada dasarnya Bulog akan terus mendukung kegiatan Kementrian Pertanian, karena sudah merupakan kewajiban pemerintah dalam pelayanan publik, dalam hal kedaulatan pangan,” tandasnya.

Di tempat yang sama Direktur Akabi Kementan, Amiruddin Pohan sangat berharap Bulog mewujudkan program tersebut. Sebab, selama ini banyak mendengar keluhan petani kedelai lokal yang kesulitan untuk mencari pasar dengan harga yang layak.

"Jadi dengan adanya peran nyata Bulog ini, saya yakin petani di Jatim dan Jateng kembali bersemangat membudidayakan kedelai lokal," tegasnya.

Amiruddin menyebutkan adapun luas panen kedelai tahun 2018 sekitare 680 ribu hektare dengan produksi 982 ribu ton. Angka ini naik hampir seratus persen dibandingkan 2017 lalu. Luas panen kedelai 2017 tercatat 356 ribu hektare dengan produksi 538 ribu ton.

"Artinya petani mulai bergairah lagi mengembangkan kedelai. Apalagi target Kementan 2019 menanam di lahan seluas 1 juta hektare. Kami beri bantuan saprodinya, tanamnya bisa di monkultur maupun di tumpangsari dengan padi dan jagung," bebernya.

Dari sisi harga, ungkap Amiruddin, saat ini rata-rata petani kedelai menjual dengan harga Rp6.700 per kg. Sementara itu sentra kedelai selama ini ada di Grobogan, Banyuwangi, Indramayu, Bima dan Bone.

"Saya ingin kedelai tidak hanya didominasi di sentra-sentra tersebut, tapi juga merambah perluasan lahan ke wilayah lain di Indonesia," ucapnya.

"Dengan adanya komitmen Bulog ini mudah-mudahan bisa menjamin pasokan kedelai lokal dan kepastian harga petani kedelai," tambahnya.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Gudang Bulog Komoditas Kedelai




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :