Faried Anfasa Moeloek (kiri)
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Kesehatan dua periode era Presiden Soeharto dan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, Faried Anfasa Moeloek, mengusulkan penanaman budi pekerti masuk dalam kurikulum di sekolah.
Usul tersebut disampaikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, setelah melihat generasi masa depan Indonesia yang menunjukan sikap tidak berakhlak dan bermoral.
"Saya prihatin melihat pemberitaan-pemberitaan yang menunjukan tindakan tidak berakhlak dan tidak bermoral. Selain pandai, SDM Indonesia itu mempunyai karakter. Karakter itu yang seperti baik hati, tahu apa yang dikerjakannya untuk masyarakat luas dan sebagainya, itu sangat penting ditanamkan dalam pendidikan," kata Faried dalam keterangannya di Jakarta pada Kamis (12/9).
Faried mengemukakan pengalamannya saat mendapatkan pelajaran budi pekerti di jenjang sekolah dasar (SD), pada periode 1950-an. Dan menurut dia, manusia memang harus berbudaya. Dalam hal ini, pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membuat manusia menjadi berbudaya.
"Saya titipkan penanaman budi pekerti masuk dalam kurikulum pendidikan," pesan Faried.
Terkait usul tersebut, Mendikbud mengatakan penanaman budi pekerti sudah masuk dalam proses belajar mengajar di sekolah melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
PPK ini, lanjut Mendikbud, merupakan gerakan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
"Sekarang tidak dalam bentuk mata pelajaran tapi tema dan sub tema. Untuk intranya masuk ke dalam mata pelajaran termasuk PPKN, agama, sejarah. Sedangkan untuk ekstranya masuk ke dalam ekstrakurikuler seperti Pramuka, OSIS. Kalau berkaitan dengan kerohanian masuk dalam kegiatan keagamaan di sekolah," terang Mendikbud.
KEYWORD :Budi Pekerti Kurikulum Faried Anfasa Moeloek
