Kamis, 18/04/2024 12:39 WIB

Kisah Anak Tukang Bubur Tembus S2 dan S3 di IPB

Eka Setiawan tak pernah menyesal dilahirkan dari orang tua yang bekerja sebagai tukang bubur, di kawasan Parung Bingung, Depok, Jawa Barat.

Eka Setiawan, anak tukang bubur yang berhasil S2 dan S3 di IPB (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com – Eka Setiawan tak pernah menyesal dilahirkan dari orang tua yang bekerja sebagai tukang bubur, di kawasan Parung Bingung, Depok, Jawa Barat.

Malah, pria kelahiran 22 April 1994 itu berhasil membuktikan bahwa ia punya kemampuan akademik yang luar biasa, dengan mencatatkan namanya di program magister (S2) sekaligus doktor (S3) di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Saat ditemui beberapa waktu lalu di Kantor Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Eka mengaku hanya bisa bersyukur berada di tahap ini. Dia tidak menyangka, usaha bubur orang tuanya bisa mengantarkannya ke jenjang pendidikan tinggi.

“Apalagi ibu lulusan SD dan ayah lulusan STM. Beruntung di jenjang sarjana (S1) di IPB mendapatkan beasiswa bidikmisi,” tutur anak pertama dari tiga bersaudara ini.

Beasiswa bidikmisi tak lantas membuat Eka cuma sekadar kuliah. Dia juga berusaha mendapatkan uang saku sampingan, untuk memenuhi kebutuhannya yang lain, yang tidak ditanggung oleh beasiswa. Salah satunya lewat berjualan kertas portofolio.

“Pas tahun pertama, di asrama. Saya jualan kertas portofolio. Biasanya kan di kuliah itu ada tugas, saya itu jualan kertas. Sengaja nyetok satu rim untuk teman-teman. Ternyata banyak yang beli. Satu lorong beli kertas ke saya. Lumayan buat tambah-tambah,” kenang dia.

Singkat cerita, Eka lulus S1 Program Studi (Prodi) Biologi IPB. Namun ternyata nasibnya masih mujur. Dia lolos seleksi beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU), program binaan Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kemristekdikti, yang membiayai Eka berkuliah S2 hingga lulus S3 di Prodi Biologi Tumbuhan.

Eka mengaku memang menaruh minat pada keanekaragaman hayati. Karena itulah, tesis dan disertasi yang dia susun menjadikan lengkuas sebagai objek penelitian.

Bagi Eka, lengkuas menyimpan keunikan tersendiri. Selain digunakan sebagai penyedap masakan, lengkuas juga ternyata berguna sebagai obat. Khasiat ini dia temukan saat melakukan penelitian di Banten.

“Di Banten, lengkuas sering dijadikan obat tradisional bagi ibu-ibu yang baru selesai melahirkan. Caranya, lengkuas ditumbuh sampai sekitar dua sendok makan, masukkan ke gelas, diseduh kayak kopi, lalu diaduk dan diminum,” papar Eka.

Eka sudah memiliki rencana jika lulus dari jenjang doktor di IPB pada 2021 mendatang. Dia ingin menjadi seorang peneliti di luar jawa, untuk menemukan jenis-jenis lengkuas lainnya yang tersebar di Nusantara.

“Orang taunya lengkuas itu satu jenis, tapi di Jawa aja sudah ada empat jenis. Yang sudah dimanfaatkan ada dua, lengkuas sayur dan obat. Dua lengkuas lainnya masih liar,” tandas dia.

Sementara dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal SDID Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti meminta Eka segera melakukan publikasi ilmiah jika sudah selesai melakukan penelitiannya.

Pasalnya, kini Indonesia sudah bercokol di posisi pertama di Asean sebagai negara dengan jumlah publikasi ilmiah tertinggi, mengalahkan Malaysia dan Singapura yang sebelumnya selalu di atas Indonesia.

Mahasiswa PMDSU pun, lanjut Ghufron, selama ini punya catatan bagus terkait kontribusi publikasi ilmiah yang terindeks Scopus.

“Kontribusi teman-teman PMDSU sudah 547 publikasi. Jadi itu cukup bagus. Dan untuk Eka, jangan cuma presentasi, harus jadi publikasi,” kata Ghufron.

Ghufron menjelaskan, saat ini jumlah mahasiswa peraih beasiswa PMDSU baik lulusan maupun yang sedang belajar sudah mencapai 724 mahasiswa. Ke depan, dia mengatakan beasiswa tersebut akan diprioritaskan bagi 10 bidang yang memberikan lompatan pada penyelesaian pembangunan.

“Termasuk beasiswa sekarang kita prioritaskan pada bidang-bidang yang memang memberikan satu lompatan penyelesaian pembangunan. Jadi, jangan sampai yang sudah kebanyakan,” papar dia.

KEYWORD :

Eka Setiawan Anak Tukang Bubur IPB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :