Sabtu, 20/04/2024 14:46 WIB

Beberapa Komoditas Surplus Bukti Indonesia Tak Andalkan Impor

Beberapa produksi pangan nasional bahkan mampu surplus.

Tampak seorang karyawan di Bulog menata beras (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roslani, mengatakan, kondisi pangan Indonesia saat ini tidak dapat dikategorikan sepenuhnya mengandalkan impor. Pasalnya, beberapa produksi pangan nasional bahkan mampu surplus.

Saat ini, ancaman impor, kata Rosan, sebetulnya sudah mulai bisa dikurangi jika melihat hasil kerja sektor pertanian. Hal itu tampak pada tren sektor pertanian yang mulai mampu memberikan nilai tambah.

Misalnya, kata Rosan, ekspor pangan Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami lonjakan dahsyat  seperti terakhir tahun 2018, volume ekspor produk pangan menembus angka 42 juta ton.

"Beras nasional juga 2018 terbukti surplus kan hingga 2 juta ton lebih. Nah, bila memang surplus kan tidak perlu impor. Mengartikan juga Indonesia tak selamanya impor," ungkap Rosan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 2013 jumlah volume ekspor produk pertanian Indonesia, 33,5 juta ton. Kemudian pada 2016 mengalami dua kali kenaikan mencapai 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton.

Begitu juga 2017, ekspor produk pertanian bertambah lagi jumlahnya yakni 41,3 juta ton. Di tahun 2018, ekspor produk pertanian mampu mengukuhkan jumlah sebesar 42,5 juta ton.

Selama peridoe 2014-2018, jumlah seluruh nilai ekspor produk pertanian Indonesia berhasil mencapai Rp1.957,5 trilliun dengan akumulasi tambahan Rp 352,58 triliun.

BPS juga mencatat, nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pertanian sejak 2014-2018 mengalami peningkatan. Dari data BPS, tahun 2017 dan 2018, PDB sektor pertanian menyumbang 3,7 persen sehingga mampu melampaui target nasional yaitu 3,5 persen.

Melejitnya PDB sektor pertanian tersebut, menurut BPS disebabkan salah satunya capaian ekspor komoditas yang baik sehingga berpengaruh ke perekonomian negara.

Meskipun harus diakui, masih ada juga kebutuhan pangan nasional yang bergantung impor. Namun menurut Rosan, kebijakan tersebut harus dipahami tujuan penyebabnya.

"Jika memang stok pangan dalam negeri kurang, ketimbang menimbulkan gejolak di masyarakat, harga tinggi, membuat ekonomi tidak stabil, maka impor pangan tetap diperlukan," ujar Rosan.

Kendati impor pangan, jangan sampai jumlahnya berlebihan, sebab harus ditambahkan juga dengan stok produksi pangan lokal yang ada.

"Juga tidak dilaksanakan di saat musim panen raya petani. Karena bakal merugikan petani, menggerus pendapatan hasil mereka," ucap Rosan.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Rosan P Roslani Sektor Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :