Sabtu, 20/04/2024 11:40 WIB

AS Kecam Upaya China "Rampok" Gas Alam di Laut Cina Selatan

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo di awal tahun ini menuduh China memblokir pembangunan di Laut Cina Selatan menggunakan kekerasan.

Kementerian Luar Negeri China mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan tindakan provokasi di Laut Cina (Foto Ilustrasi: China Stringer Network/Reuters)

Washington, Jurnas.com - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyatakan prihatin atas laporan dugaan China menghalangi kegiatan pengembangan minyak dan gas di Laut China Selatan, termasuk upaya eksplorasi dan produksi Vietnam.

"Tindakan provokatif China yang berulang-ulang ditujukan pada pengembangan minyak dan gas lepas pantai negara-negara penuntut lainnya mengancam keamanan energi regional dan merusak pasar energi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Kemenlu AS, Sabtu (20/7).

"AS dengan tegas menentang pemaksaan dan intimidasi oleh setiap penuntut untuk menegaskan klaim teritorial atau maritimnya. Tiongkok harus menghentikan perilaku intimidasi dan menahan diri untuk tidak terlibat dalam aktivitas provokatif dan destabilisasi semacam ini," sambungnya.

Pernyataan tersebut dilontarkan setelah Vietnam menuduh kapal  survei minyak China, Haiyang Dizhi 8 dan pengawalnya melanggar kedaulatannya pada Jumat (19/7). Ia menuntut Beijing segera memindahkan kapal-kapal dari perairan Vietnam.

Vietnam dan Beijing sudah lama terlibat dalam perselisihan mengenai perairan yang kaya energi di Laut China Selatan.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo di awal tahun ini menuduh China memblokir pembangunan di Laut Cina Selatan menggunakan kekerasan.

Ia menuduh Beijing mencegah anggota ASEAN mengakses lebih dari USD2,5 triliun pada cadangan energi di di Laut Cina Selatan.

Pernyataan itu dikeluarkan setelah dua lembaga think tank yang berbasis di AS melaporkan, kapal-kapal China dan Vietnam cekcok beberapa minggu terakhir di dekat blok minyak di zona ekonomi eksklusif Vietnam.

Kemenlu AS juga menuduh tekanan China yang meningkat terhadap negara-negara ASEAN untuk menerima ketentuan yang berupaya membatasi hak mereka untuk bermitra dengan perusahaan atau negara pihak ketiga lebih jauh mencerminkan tujuannya untuk menegaskan kontrol atas sumber daya minyak dan gas di Laut Cina Selatan.

"Reklamasi dan militerisasi China dari pos-pos yang disengketakan di Laut Cina Selatan ... termasuk penggunaan milisi maritim untuk mengintimidasi, memaksa, dan mengancam negara-negara lain, merusak perdamaian dan keamanan kawasan," katanya.

Awal bulan ini, Kementerian Luar Negeri China, menekankan, Beijing dan Washington harus menghindari jebakan konflik dan konfrontasi dan kembali terlibat pada bidang kerja sama yang luas dan kepentingan bersama.

"Kedua negara memiliki kepentingan yang sangat terintegrasi dan bidang kerja sama yang luas, dan mereka harus menghindari jatuh dalam jebakan konflik dan konfrontasi, tetapi harus mewujudkan promosi bersama dan pembangunan bersama," kata juru bicara kementerian luar negeri Beijing, Geng Shuang pada 1 Juli.

Geng juga menunjuk rancangan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden AS Donald Trump dan Kongres AS oleh sekitar 80 spesialis Asia, termasuk mantan diplomat AS dan perwira militer, dengan mengatakan Beijing mengakui sudut pandang dan suara yang diungkapkan dalam surat itu.

Surat itu mendesak Trump untuk mempertimbangkan kembali kebijakan yang memperlakukan China sebagai musuh.

KEYWORD :

Laut Cina Selatan Amerika Serikat Vietnam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :